Intisari-online.com - Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz pada (26/7) mengkonfirmasi bahwa rudal S-300 Rusia.
Telah ditembakkan ke sebuah pesawat tempur Israel setelah melakukan misi serangan udara di barat laut Suriah.
Insiden itu dilaporkan oleh televisi Channel 13 Israel pada 13 Mei, ketika jet tempur F-16 Israel membom sebuah sasaran di dekat kota Masyaf, barat laut Suriah.
Daerah Masyaf adalah rumah bagi pangkalan militer Iran dan rumah bagi milisi pro-Iran.
Gambar satelit yang diambil setelah serangan menunjukkan fasilitas bawah tanah yang hancur total.
"Itu adalah insiden satu kali saja," kata Gantz kepada Channel 13 pada 26 Juli, ketika ditanyai oleh reporter Alon Ben David.
"Rudal itu ditembakkan ketika pesawat kami sudah tidak ada lagi di sana," tambah Gantz.
Ia membenarkan bahwa informasi radar sistem S-300 tidak mengunci pesawat tempur Israel, sehingga tidak membahayakan tenaga kerja pesawat.
Ini adalah pertama kalinya sistem S-300 menembaki pesawat tempur Israel di Suriah.
3 baterai rudal S-300 dengan 8 peluncur diberikan oleh Rusia ke Suriah secara gratis pada tahun 2018.
Menurut Times of Israel, tentara Suriah tidak dapat secara sewenang-wenang menembakkan sistem pertahanan udara ini tanpa izin dari Rusia.
Rusia menyediakan rudal S-300 setelah tentara Suriah secara keliru menembak jatuh sebuah pesawat mata-mata Rusia, menewaskan 15 orang.
Insiden itu terjadi ketika tentara Suriah sedang berhadapan dengan serangan udara Israel.
Setelah rudal S-300 ditembakkan pada 13 Mei, para ahli mengatakan,Rusia meluncurkan rudal untuk mengirim pesan peringatan ke Israel, tetapi tidak bermaksud mengancam pilot, menurut The Drive.
"Saya pikir situasinya sekarang stabil," kata Menteri Pertahanan Israel Gantz pada (26/7)
Gantz membuat pernyataan di tengah ketegangan hubungan Rusia-Israel karena rencana Moskow untuk menutup Badan Yahudi di negara itu.
Israel di satu sisi mendukung Ukraina untuk menghadapi Rusia dalam kampanye militer yang diluncurkan oleh Moskow.
Di sisi lain, tidak berhenti melancarkan serangan udara di wilayah udara Suriah, meskipun ada pengawasan Rusia.
Dalam beberapa tahun terakhir, Israel dan Rusia telah membuat hotline untuk menghindari insiden yang tidak menguntungkan di Suriah.
Menurut Times of Israel, Rusia memiliki sistem pertahanan udara S-400 yang bertugas di pangkalan militer Rusia di Suriah.
Kompleks ini tidak pernah menjadi ancaman bagi pesawat tempur Israel.