Berikut ini bagian kedua dari artikel berjudul "Basuki Tjahaja Purnama (Ahok): Menjadikan DKI “Bapak” yang Baik" yang dimuat di Majalah Intisari edisi khusus 50 tahun, September 2013.--Intisari-Online.com -Salah satu masalah yang selama ini mengganjal adalah banyaknya kepentingan, sementara pemangku jabatan tidak berani bersikap nothing to lose. Sebenarnya yang Pak Gubernur dan saya lakukan selama ini hanyalah melaksanakan hal-hal yang seharusnya dilakukan. Di meja kami, telah tersedia semua peta persoalan disertai peta solusinya.
Sebagai contoh, ketika saya mulai menjabat, sudah ada 22 buah kajian lalu-lintas untuk mengatasi kemacetan. Masalahnya, itu semua tidak bisa dieksekusi. Karena di Jakarta, yang bicara bukan soal tata-ruang, bukan pula soal pengaturan, melainkan soal “Ini milik siapa? Siapa yang akan dapat untung?” Banyak kepentingan bermain di sini. Maka ketika kita berniat meluruskan yang bengkok, pasti banyak kepentingan akan tertabrak, dari tingkat PKL sampai konglomerat.
Pertanyaannya, apakah Anda akan taat kepada konstituen atau konstitusi? Tugas seorang pejabat sebenarnya cuma tiga: mewujudkan keadilan sosial, mengadministrasikan keadilan sosial, dan menjaga keadilan sosial agar sesuai dengan koridor hukum.
Jika dalam berupaya melaksanakan ketiga hal tersebut, ada kepentingan-kepentingan yang tertabrak, dan Anda takut tidak dipilih lagi, atau khawatir kehilangan jabatan yang nyaman, Anda pasti akan berantakan.
Bagi saya, persoalannya sederhana, kalau kita takut tidak dipilih lagi, lalu kepentingan siapa yang akan kita bela? Karena di mana-mana ada kepentingan. Maka yang saya pilih adalah taat pada konstitusi saja. Taat aturan.
Lelang jabatan sebenarnya cara kami untuk mengetahui secara obyektif potensi karyawan DKI yang jumlahnya hampir 70 ribu. Sistem seleksi terbuka memungkinkan kita mendapatkan orang-orang berkemampuan baik tanpa tergantung pada promosi atasannya.
Pertama-tama tentu kami berikan kriterianya. Misalnya, lurah dan camat haruslah bersikap sebagai orang yang menjalankan usaha biro jasa. Klien minta apa pun, dia akan katakan “bisa”. Sama halnya dengan petugas di Puskesmas.
Jadi supaya sukses dalam menjalankan tugas, sebagai pejabat pertama Anda hanya harus melakukan semua sesuai dengan sumpah jabatan Anda. Yang kedua, jangan takut kehilangan jabatan, dan ketiga, bahkan jangan sampai takut kehilangan nyawa dalam mempertahankan konstitusi.<< artikel pertama