Intisari-Online.com -Beberapasaat lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Iran.
Putin berkunjung ke Iran dan melakukan pembicaraan dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Selasa.
Itu merupakan kunjungan pertama Putin ke Iran sejak Moskwa melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari.
Khamenei menyerukan kerja sama jangka panjang antara Iran dan Rusia.
Selain bertemu Khamenei, Putin juga bertemu Presiden Iran Ebrahim Raisi di Teheran.
Dalam kunjungannya ke Iran, Putin turut bertemu dengan Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan.
Putin dan Erdogan akan membahas kesepakatan yang akan melanjutkan ekspor gandum Ukraina via pelabuhan di Laut Hitam yang sekarang masih diblokade oleh Rusia.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyebut foto bersama antara Putin dengan Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan baru-baru ini sebagai tantangan bagi NATO.
Turkiye merupakan salah satu anggota NATO.
Melansir Russian Today, Sabtu (23/7/2022), foto itu diambil selama pertemuan antara para pemimpin Rusia dan Turki di Iran.
Foto tersebut menampilkan tiga presiden, dengan pembawa acara Ebrahim Raisi di tengah, berpegangan tangan dan tersenyum.
Dalam sebuah wawancara dengan Bild yang diterbitkan pada hari Sabtu, Baerbock mencatat bahwa foto ini “lebih dari tidak dapat dipahami” baginya, “terutama dari sudut pandang anggota NATO.”
Selama menjadi bagian dari aliansi, Turki telah menyimpang dari negara anggota lain dalam memilih sikap netral dalam konflik Ukraina.
NATO secara keseluruhan secara resmi menganggap Rusia sebagai ancaman.
“Fakta bahwa presiden Turki ada di foto ini adalah sebuah tantangan, secara halus,” katanya.
Menurutnya, foto tersebut membuktikan pentingnya berdiri bersama “dengan mitra nilai” yang “tidak hanya percaya pada aturan internasional, tetapi juga membela mereka.”
“Karena ada aktor-aktor lain yang tidak membela nilai-nilai kita, dan jika ragu-ragu mereka juga ikut-ikutan,” jelasnya.
Negosiasi trilateral di ibukota Iran diadakan awal pekan ini sebagai bagian dari apa yang disebut Proses Perdamaian Astana, yang diluncurkan oleh Moskow, Teheran dan Ankara pada 2017 dengan tujuan mencapai penyelesaian damai untuk konflik di Suriah.
Putin juga mengadakan pembicaraan bilateral dengan masing-masing rekannya.
Situasi di Ukraina menjadi agenda kedua pertemuan tersebut.
Sementara itu, Turki, bersama dengan PBB, memainkan peran mediator dalam menengahi kesepakatan antara Rusia dan Ukraina untuk membuka blokir ekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina.
Perjanjian tersebut, yang dijuluki oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebagai “mercusuar harapan, kemungkinan & kelegaan,” ditandatangani pada hari Jumat di Istanbul, di hadapan Erdogan.