Intisari-Online.com – Seorang penjual topi berjalan melintasi hutan. Karena cuaca panas, ia memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon besar. Sebelum merebahkan diri, ia meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Beberapa jam ia terlelap dan terbangun oleh suara-suara ribut.
Ketika disadarinya bahwa semua topi dagangannya hilang, ia mendengar suara-suara monyet di atas pohon. Ia mendongakkan kepala dan betapa terkejutnya ketika dilihatnya pohon itu penuh dengan monyet dan semuanya mengenakan topi dagangannya. Penjual topi itu terduduk dan berpikir keras bagaimana caranya ia bisa mendapatkan kembali topi-topi itu.
Ia berpikir dan berpikir, dan mulai menggaruk-garuk kepalanya. Ternyata, monyet-monyet itu menirukan tingkah lakunya. Kemudian, ia melepaskan topinya dan mengipas-kipaskan ke wajahnya. Ternyata, monyet-monyet itu pun melakukan hal yang sama. Aha! Ia pun mendapat ide! Pria itu lalu membuang topinya ke tanah, dan ternyata monyet-monyet itu juga membuang topi-topi mereka ke tanah. Segera saja penjual topi itu mengumpulkan dan mendapatkan kembali semua topi-topinya. Ia pun melanjutkan perjalanannya.
Lima puluh tahun kemudian, cucu si penjual topi itu juga berprofesi sama, menjadi penjual topi. Ia telah mendengar cerita tentang monyet-monyet itu dari sang kakek. Suatu hari, persis seperti kisah kakeknya, ia melintasi hutan yang sama. Ia beristirahat di bawah pohon yang sama dan meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Ketika terbangun, ia pun menyadari bahwa monyet-monyet di atas pohon telah mengambil semua topi dagangannya. Ia pun teringat akan cerita kakeknya. Maka, ia mulai menggaruk-garuk kepala, dan monyet-monyet itu pun menirukannya. Ia melepas topinya dan mengipas-kipaskan ke wajahnya, monyet-monyet itu masih menirukannya.
Kini, ia pun yakin bahwa ide kakeknya dulu pasti berhasil. Kemudian, ia melempar topinya ke tanah. Tapi, ia terkejut, karena monyet-monyet itu tidak menirukannya dan tetap memegang topi-topi itu erat-erat. Kemudian, seekor monyet turun dari pohon, mengambil topi yang dilemparkan oleh cucu penjual topi itu, lalu menepuk bahunya sambil berkata, “Memangnya hanya Anda yang memiliki seorang kakek?”
Demikianlah dalam kehidupan kita. Apa yang dilakukan oleh para pendahulu kita, mungkin memang berhasil pada masanya. Tetapi di masa sekarang, untuk menghadapi persoalan yang sama, mungkin diperlukan modifikasi dari hal yang pernah dilakukan sebelumnya. Kita harus belajar dari pengalaman yang telah terjadi.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR