Intisari-Online.com -Ahyudin yang mendapatkan gaji Rp250 juta per bulan saat memimpin lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) ternyata pernah haramkan relawan tanya bayaran.
Sosok Ahyudin sebagai pendiri ACT memang tengah menjadi sorotan usai tagar #JanganPercayaACT dan #AksiCepatTilep di linimasa Twitter, Senin (4/7/2022).
Dirinya disebut menerima gaji Rp250 juta per bulan selama menjabat sebagai Dewan Pembina ACT.
Tentu saja ini merupakan sebuah jumlah yang bakal dianggap wajar jika saja posisi Ahyudin ada di dalam sebuah perusahaan yang memang mengejar profit.
Namun, angka tersebut malah terasa sangat fantastisjika mengingat ACTpada dasarnyamerupakan organisasi sosial dan kemanusiaan.
Belum lagi, seiring dengan pengungkapan gaji Ahyudin, muncul pula daftar gaji dari para petinggi ACT.
Tepat di bawah Ahyudin di posisi Dewan Pembina ACT ada Senior Vice President yang disebut mendapatkan gaji Rp150 juta setiap bulannya.
Sementara untuk posisi Vice President mendapatkan gaji sebesar Rp80 juta per bulan.
Posisi direktur eksekutif dan direktur juga mendapatkan gaji yang tak kalah besar di mana masing-masing mendapatkan gaji sebesar Rp50 juta dan Rp30 juta.
Gaji yang sudah luar biasa besarnya untuk sebuah lembaga sosial dan kemanusiaan tersebut masih ditambah dengan fasilitas lain berupa mobil.
Ahyudin sendiri, saat dirinya menjabat sebagai presiden, mendapatkan fasilitas tiga mobil mewah, yaitu Toyota Alphard, Mitsubishi Pajero Sport, dan Honda CR-V.
Di tengah segala kemewahan yang didapat oleh para petingginya, kondisi keuangan ACT justru sedang memburuk.
Lembaga yang kini ditinggalkan oleh Ahyudin tersebutsedang mengalami krisis keuangan.
Padahal, sebelumnya ACT mampu menghimpun dana mencapai Rp462 miliar pada tahun 2020.
Dalam laporan keuangannya, jumlah dana sebesar ratusan miliar rupiah juga disebut berhasil dihimpun oleh ACT pada tahun-tahun sebelumnya.
Namun, sepeninggal Ahyudin pada akhir tahun lalu, lembaga ini kini malah tidak mampu melaporkan keuangannya untuk tahun 2021.
Gaji besar yang dianggap wajar
Terkait gaji tinggi, Ahyudin sendiri sempat buka suara dengan menyatakan bahwa hal itu sangatlah wajar.
Hal ini, menurut Ahyudin, selaras dengan beban pekerjaan yang harus diemban oleh para personel ACT.
Selain itu, kembali Ahyudin berpendapat, gaji yang besar juga pantas untuk diberikan agar ACT mampu mempersembahkan program yang baik.
Suatu hal yang sebenarnya bisa dibilang kontradiktif dengan status ACT sebagai lembaga sosial dan kemanusiaan.
Apalagi, Ahyudin sendiri pernah menyatakan bahwa relawan itu pantang untuk menanyakan besaran gaji yang bakal dia dapat.
Menurut Ahyudin, dalam artikel "Gotong Royong di Tengah Kemalangan" yang terbit di Majalah Intisari edisi Mei 2010, bekerja sebagai relawan itu harus berlandaskan jiwa humanisme yang tinggi.
Sebab, dalam artikel tersebut Ahyudin menyebutbahwa pekerjaannya adalah murni bersifat sosial alias tanpa bayaran.