Intisari-Online.com - Usia 20 tahunan biasanya Anda baru saja lepas atau menjelang lepas dari kontrol orangtua. Kalau dulu banyak keputusan penting ditentukan oleh orangtua, sekarang, Anda mesti melakukannya sendiri. Artinya, tanggung jawab penuh untuk dampak dari keputusan itu penuh di pundak kita.
Farrar dalam How To Ruin Your Life by 30 (2006, 2012) mengatakan, ibarat lomba lari maraton, kalangan usia 20-an tahun masih berada di tahap awal. Saking jauhnya, kadang kala "pelari-pelari" ini bisa saja tersesat di usia 30-an, apalagi dalam lomba lari lintas alam, yang treknya tak selalu jelas terlihat.
Mau tahu kiat tak nyasar? Jauhi ketujuh hal berikut:
1. Hukum sebab-akibat? Cuek aja ...
Siapa pun, bila ditanya, "Mau ga menderita saat tua nanti?" pasti akan menjawab "Enggaklah yauw ..." Kenyataannya, tak sedikit orang yang setiap hari mengambil keputusan-keputusan yang justru akan membawanya ke sana. Ke arah hidup yang menderita. Sepertinya, mereka lupa kalau apa yang dilakukan sekarang, pasti akan berdampak pada jalan hidup selama bertahun-tahun mendatang.
2. Melakukan start yang kurang oke
Pada lomba lari sprint 100 m, start sering harus diulang-ulang karena ada pelari yang sudah mendahului aba-aba. Kalau sampai berkali-kali dan melewati batas, ia bisa diskualifikasi. Dalam kehidupan, syukurlah tidak demikian, kalau start kita buruk, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri.
Mungkin Anda pernah terjerumus pergaulan bebas, menyia-nyiakan kesempatan, kegagalan di sekolah, gagal dalam relasi ... ? Ah, yang penting jangan lagi menengok ke belakang. Tatap masa depan dan buka lembaran baru.
3. Rencana Tuhan buatku? Ga penting ...
Padahal penting lo .... Kelahiran Anda tercatat dalam Buku Besar Kehidupan, seperti juga nanti pada saat kematian menjemput. Kita ada bukan karena "terjadi begitu saja", tetapi karena ada "tujuan"nya. Sebutir sel telur perempuan hanya mungkin dibuahi bila ada kondisi-kondisi tertentu yang memungkinkannya.
Tugas Anda adalah mencari tahu apa tujuan hidup Anda dan berusaha menunaikannya. Bayangkanlah Anda seorang office boy. Anda disuruh pergi mengantarkan barang ke alamat tertentu, tetapi Anda malah mampir-mampir mengobrol dulu di warung; Anda tidur-tiduran ketika saatnya mencuci piring dan membersihkan lantai, Anda membolos di hari kerja ....
4. Memilih pekerjaan dengan tanpa peduli pada bakat dan kekuatan di Anda. Steve Jobs, pendiri Apple, pernah mengatakan, "Cari apa passion-mu, maka kamu tidak akan harus bekerja seumur hidupmu." Karena orang yang mengerjakan apa yang menjadi passion-nya, sebenarnya menemukan kekuatannya. Karena itu ia tidak akan merasa "bekerja" walaupun harus melembur setiap hari. Hasilnya tentu berbeda dengan orang yang bekerja di bidang yang tidak ia sukai atau bukan bakatnya.
Lebih baik stop komplain mengenai berbagai hal yang tidak kita miliki, karena kemungkinan besar sukses yang sedang menanti Anda itu tidak membutuhkan hal-hal yang tidak Anda miliki tersebut.
5. Berhenti belajar
Untuk bisa menemukan tujuan hidup, kita perlu belajar. Bisa dari guru-guru, orangtua, hati nurani, teman-teman dari kalangan pergaulan yang baik, peristiwa-peristiwa dalam hidup kita (baik maupun buruk), doa, dorongan dari orang lain. Terkait yang terakhir ini bisa berupa pujian tentang sesuatu yang Anda lakukan, yang datang dari beberapa orang berbeda dan dalam waktu berdekatan. Atau sebaliknya, ada teguran dari beberapa orang lain terkait kelemahan kita.
6. Lalai menjaga hati
Ada yang bilang, dari sepuluh orang hebat di usia 20-an tahun, paling-paling hanya akan tersisa satu (1!) orang yang masih tetap hebat di usia 40-an tahun. Apa yang terjadi? Pernah mendengar kata-kata bijak ini?
Jagalah kebersihan hatimu
Karena dari sana mengalir daya kehidupan
"Menjaga hati" sebenarnya tidak terbatas dalam konteks pacaran. Menjaga hati yang lebih berat dan dalam adalah menjaga hati "terhadap diri sendiri". Ketika di sana terpelihara kejujuran, tak ada "sampah yang disembunyikan di kolong meja", maka hidup Anda akan terbebas dari beban-beban tersembunyi yang merusak.
Bersikaplah terbuka terhadap segala kekurangan yang Anda miliki dan kesalahan yang pernah Anda lakukan. Jangan menyimpannya dan menutupnya rapat-rapat hanya bagi diri sendiri. Mengaku, meminta maaf, adalah pil pahit yang akan mengobati segala "penyakit" Anda.
Sebaliknya, menutup diri, berpura-pura bahwa kita manusia serba sempurna, menekan rasa bersalah, menyembunyikan kecurangan; adalah ibarat membiarkan bibit kanker tumbuh di dalam diri Anda. Semua itu resep manjur menuju "kematian" pribadi unggul yang demikian menjanjikan di awal usia 20-an.
Resep manjur yang menyebabkan kematian pribadi unggul so pasti akan membawa para "pelari" yang tadinya unggul di awal usia 20-an tahun akan tersesat, mungkin malah terperosok di tebing curam di usia 30-an tahun.