Advertorial
Intisari-online.com - Jika dibandingkan dengan Janda Permaisuri Cixi, ratu Madagaskar ini mungkin lebih kejam.
Ia adalah Ratu Ranavalona I dari kerjaan Madagaskar, yang terkenal kejamnya bukan main.
Ranavalona I berkuasa selama 33 tahun, dan naik takhta tahun 1828 sampai tahun 1861.
Catatan sejarah sedikit menceritakan tentang ratu dari Afrika ini, namun banyak kisah mengenai kekejamannya yang diceritakan.
Sejarah tidak banyak mencatat kehidupan awal dari Ranavalona I, hanya diketahui bahwa ia lahir di Madagaskar sekitar 1788, dan memiliki nama lahir sebagai Ramavo.
Ranavalona I lahir dari keluarga sederhana, putri rakyat jelata, anggota kelompok etnis Merina yang dominan mendiami Madagaskar.
Putri rakyat jelata itu bisa naik menjadi seorang ratu dan memerintah pulau besar di Samudera Hindia karena diadobsi oleh calon raja Kerajaan Madagaskar, Andrianampoinimerina.
Ayah kandung Ranavalona kebetulan mengetahui Andrianampoinimerina tentang rencana pembunuhan terhadapnya, yang tak sengaja ia ketahui.
Plot pembunuhan akhirnya digagalkan dan sebagai ucapan terimakasih, Andrianampoinimerina mengadopsi Ranavalona.
Setelah itu, putra Andrianampoinimerina, yaitu Raja Padama I meneruskan takhtanya dengan menikah dengan Ranavalona.
Menurut beberapa catatan sejarah seperti yang dilansir dari Notable Biographies, Raja Radama I sangat menderita sehingga dia nekat bunuh diri dengan menggorok tenggorokannya sendiri.
Namun, ada desas-desus yang mengatakan bahwa Ranavalona lah yang meracuni suaminya sendiri.
Posisi Ranavalona di kerajaan Madagaskar terancam. Pangeran Rakotobe, putra dari saudara perempuan tertua Raja Radama I, adalah calon pewaris sah takhta.
Namun dalam sistem kepercayaan Malagasi, setiap anak yang mungkin dilahirkan bahkan setelah kematian Radama I, akan dianggap sebagai keturunannya sendiri.
Segera Ranavalona berusaha mengumpulkan pendukung untuk menjatuhkan agenda Pangeran Rakotobe.
Tujuan Ranavalona berikutnya adalah untuk menjadi penerus langsung takhta Kerajaan Madagaskar.
Sebagai anti-Eropa yang keras, Ranavalona I menghapus reformasi yang dilakukan suaminya dalam upaya memodernisasi bangsa Madagaskar.
Dia mengusir para pedagang Eropa, guru, diplomat, dan kesepakatan perdagangan dengan Inggris serta Perancis segera dibatalkan.
Setelah satu pertempuran yang berhasil melawan invasi, ratu yang paling kejam ini menggorok kepala orang-orang Eropa, menancapkannya pada tombak, dan meletakkannya di pantai sebagai ukuran untuk memukul mundur penjajah asing.
Ratu yang paling kejam ini juga melarang ajaran Kristen di Madagaskar.
Pada 1835, Ranavalona I, sang ratu paling kejam ini menyatakan, "Siapa pun yang melanggar hukum kerajaan saya akan dihukum mati, siapa pun.
Ranavalona I mengadopsi metode keras untuk melenyapkan mereka yang mempraktekkan agama Kristen.
Mereka dipukuli, disiksa, dibuat kelaparan, didorong dari tebing, diracun, dipenggal kepalanya dengan sanak saudaranya dibuat untuk menyaksikan adegan kematian yang brutal.
Antara tahun 1837 dan 1856, ratu Madagaskar itu memerintahkan penahanan dan penganiayaan terhadap sekitar 100 orang Kristen.
Wanita paling kejam menyuruh orang-orang Kristen tersebut meminum sari tanaman tangena yang beracun.