Intisari-Online.com - Indonesia merupakan negara kaya minyak, pada medio 1970-1990 Indonesia memang pernah berjaya di industri migas.
Menurut riset Reforminer Institute, pada masa itu sektor migas memberikan sumbangan besar terhadap penerimaan negari yaitu 62,88 persen.
Saat itu tercatat nilai ekspor migas Indonesia mencapai 20,66 miliar dollar AS.
Melansir Kompas.com, kondisi tersebut wajar terjadi, mengingat pada periode tersebut Republik ini mampu memproduksi minyak 1,3 - 1,6 juta barrel perhari.
Lain dulu, lain sekarang. Industri migas dalam negeri justru merosot perlahan-lahan.
Bahkan sejak 2004, Indonesia telah menjadi net importer minyak.
Kini cadangan minyak Indonesia hanya tinggal 4 miliar barel saja atau cukup untuk 11 tahun lagi.
Sejak itu, perusahaan minyak dan pemerintah mengembangkan produksi gas. Indonesia memiliki cadangan gas yang luar biasa yaitu 335 triliun kaki kubik atau setara dengan 59,6 miliar barel minyak.
Bahkan beberapa perusahaan besar asing berikut ini juga turut mengeluarkan sumber daya alam tak terbarukan itu:
1. ConocoPhillips
Perusahaan asal Amerika Serikat ini telah beroperasi di Indonesia lebih dari 40 tahun.
Conoco telah mempunyai enam blok migas di Indonesia yaitu tiga lepas pantai yaitu di Natuna Sea Block B, Kuma dan Laut Arafuru.
Sementara blok yang berada di darat atau onshore adalah blok Corridor, Jambi dan Papua.
Produksi gas perusahaan tersebut mencapai 450 juta kaki kubik per hari.
Sebagian dari produksi gas tersebut diekspor ke Singapura sementara sisanya digunakan untuk pasokan gas Perusahaan Gas Negara (PGN).
2. ExxonMobil
Perusahaan raksasa asal Amerika Serikat ini mengambil warisan blok milik Royal Dutch Shell di Cepu, Jawa Tengah.
Pada Februari 2001, anak usaha ExxonMobil, Mobil Cepu Ltd bersama dengan Pertamina menemukan sumber minyak mentah sebesar 1,4 miliar barel dan gas mencapai 8,14 miliar kaki kubik di lapangan Banyu Urip ini.
Exxon menandatangani Kontrak Kerja Sama (KKS) migas dengan pemerintah Indonesia pada tahun 2005.
Sebelumnya Exxon telah memulai bisnis di sektor gas di daerah Nangroe Aceh Darusalam bekerjasama dengan Pertamina.
Tak hanya itu, Exxon juga berperan dalam produksi LNG di kilang gas pertama Indonesia di Arun di pantai timur Sumatera.
3. Chevron
Chevron Pacific Indonesia merupakan perusahaan asal Amerika Serikat yang memproduksi minyak paling banyak di Indonesia.
Chevron memproduksi 35 persen dari total produksi Indonesia dan telah mengoperasikan lapangan Duri di Riau sejak tahun 1952.
Dua blok yang dimiliki oleh Chevron di Sumatera, Rokan dan Siak, telah menjadi blok dengan produksi minyak terbesar di Indonesia.
Lebih jauh, perusahaan ini juga mengelola blok di Papua yaitu West Papua I dan III yang merupaka proyek lepas pantai.
4. British Petroleum
Perusahaan asal Inggris ini menguasai 37,16 persen saham di proyek Tangguh yang merupakan lapangan gas sekaligus kilang LNG.
Proyek tersebut melibatkan enam lapangan gas yang telah tereksploitasi dengan cadangan gas sebesar 14,4 triliun kaki kubik.
Dalam setahun, kilang LNG tersebut menghasilkan 7,6 juta ton LNG. Saat ini gas hasil Tangguh tersebut dikirim ke Amerika Serikat dan China.
(*)