Intisari-online.com - Belakangan Turki menjadi sorotan setelah mengecam bergabungnya Finlandia dan Swedia ke NATO.
Menurutnya, kedua negara ini tidak pantas menjadi anggota NATO karena menyembunyikan teroris di dalam negaranya.
Di tengah sorotan dunia pada Turki, belakangan ada sebuah kabar yang mengatakan bahwa Turki sedang berganti nama.
Menurut laporan terbaru yang dikutip dari CNN, kini secara resmi Turki mengganti nama negaranya
Mulai sekarang, Turki akan dipanggil dengan nama baru "Türkiye" di aula Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi lainnya.
Menurut CNN, kampanye untuk mengubah nama menjadi Türkiye oleh Turki dimulai pada Desember tahun lalu.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menulis di Twitter bahwa nama baru tersebut mewakili kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai merek negara tersebut.
Dalam sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres.
Cavusoglu menulis, "Saya ingin memberi tahu Anda bahwa ini sejalan dengan Surat Edaran Presiden tentang Strategi Bahasa dan Branding ke-2. 12-2021".
Oleh karena itu, ia meminta agar nama "Republik Türkiye" menggantikan nama lama "Turki", "Turkei" dan "Turquie" yang digunakan di masa lalu untuk merujuk ke Turki lama.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada CNN pada (2/6) bahwa PBB telah menerima perubahan itu.
Ini berlaku segera setelah mereka menerima permintaan dan memastikan bahwa dokumen itu sah.
"Negara bebas memilih penamaan yang mereka inginkan. Itu tidak terjadi setiap hari, tetapi bukan hal yang aneh bagi negara untuk mengganti nama," kata Dujarric.
Dia juga mengatakan bahwa Côte d'Ivoire, pernah dikenal sebagai Pantai Gading dalam bahasa Inggris juga pernah meminta untuk disebut Côte d'Ivoire.
Menteri Cavusoglu mengatakan kepada kantor berita negara Turki Anadolu pada 1 Juni bahwa dengan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Komunikasi Turki, yang berada di bawah kantor kepresidenan, pemerintah berhasil meletakkan dasar rebranding.
"Kami telah memungkinkan PBB dan organisasi internasional lainnya serta negara-negara untuk melihat perubahan ini," tambahnya.
Kepala badan komunikasi pemerintah Turki Fahretin Altun memposting video di Twitter pada (1/6) dengan tagar #HelloTürkiye.