Intisari Maret 2016: Sisi Lain Para Manusia Terkaya

Yoyok Prima Maulana

Editor

Intisari Maret 2016: Sisi Lain Para Manusia Terkaya
Intisari Maret 2016: Sisi Lain Para Manusia Terkaya

Intisari-Online.com - Ada beberapa orang yang nyinyir saat melihat orang kaya. Mungkin karena iri atau apalah itu. Mereka bilang, “Toh kekayaan tidak bisa membeli kebahagiaan.”

Tapi pada suatu hari saya mendengar selorohan seorang teman yang menyentil sindiran tersebut. “Kekayaan memang tidak bisa membeli kebahagiaan. Namun hidup kaya setidaknya jauh lebih enak ketimbang hidup hidup miskin.” Nah, lo!

Berandai-andai menjadi Bill Gates yang mempunyai kekayaan AS$87,4 miliar. Jikapun kita berfoya-foya sebesar AS$1 juta (Rp13,5 miliar) per hari, butuh 218 tahun untuk menghabiskannya.

Nyaman sekali bukan? Namun Gates justru lebih suka mendermakan lebih dari separuh kekayaannya ke yayasan amal.

Pada Februari lalu, Business Insider merilis daftar 25 orang terkaya di dunia 2016. Gates kembali keluar di nomor pertama. Gates dan para miliarder lain punya cara dan usaha yang berbeda-beda dalam mengumpulkan uang. Satu pun tidak ada yang sama.

Meski begitu, mereka punya benang merah yang sama dalam proses menuju kaya raya. Silakan simak di rubrik sorotan yang berjudul “25 Kursi Panas Hasil Kerja Cerdas”.

Hal lain yang menarik dicermati dari sebagian besar dari orang-orang terkaya di dunia adalah gaya hidupnya. Berkebalikan dengan pundi-pundi uangnya, mereka justru memilih hidup sederhana. Bukan karena pelit, tapi mereka lebih mengutamakan asas fungsi dibandingkan dengan gengsi. Lihat saja arloji yang dipakai orang terkaya di Tiongkok, Li-Ka Shing. Walau memiliki harta senilai AS$19,5 miliar, jam tangannya hanya seharga 30 pounsterling atau sekitar Rp540 ribu.

Mendiang pendiri Apple, Steve Jobs, pernah berkata bahwa segala sesuatu akan semakin indah jika ia sederhana. Sepertinya, filosofi tersebut juga dianut oleh Li-Ka Shing. Dalam sebuah kesempatan dia berujar, “Sekaya apa pun dirimu, tetaplah menjadi pribadi yang sederhana.”

Tabik.