Intisari-Online.com -Terungkap bahwa dalam darah leluhur orang Madagaskar mengalir darah perempuan Kalimantan.
Hal ini terungkap lewat 'bilik perempuan'.
Relief perahu bercadik ganda di Candi Borobudur menggambarkan perdagangan laut antarbangsa sebelum zaman pertengahan.
Di perahu-perahu yang berasal dari kepulauan Asia Tenggara, terdapatbilik-bilik bagi perempuan.
Hal itu semakin diperkuat kesejarahannya dengan temuan-temuan penelitian genetika.
Penelitian lembaga mikrobiologi Eijkman, Jakarta, telah mengonfirmasi adanya leluhur-leluhur perempuan dari orang Madagaskar yang berasal dari Banjar, Kalimantan Selatan.
Perkawinan antara perempuan yang berasal dari salah satu wilayah bawahan Kedatuan Sriwijaya dengan laki-laki Madagaskar ini terjadi pada sekitar abad 9 hingga 11 masehi.
Melansir indonesia.go.id, miniatur perahu ini bagi orang awan mungkin dianggap sama dengan perahu-perahu China, Persia, atau Mediterania yang sezamannya.
Namun, ada satu hal yang membuat perbedaan mendasar.
Perbedaan itu adalah adanya bilik-bilik bagi perempuan.
Sebenarnya periode zaman pertengahan tidak benar-benar pas untuk menggambarkan perkembangan yang terjadi di negeri-negeri yang berada di antara tiga samudera.
Model miniatur perahu ini juga bisa dilihat di Museum Angkut, Malang, Jawa Timur.
Jared Diamond, seorang peneliti dan penulis sejarah peradaban manusia, mencatat fenomena ini sebagai "fakta tunggal paling memukau dari geografi manusia".
Samudera sebagai penghubung perdagangan antara bangsa (saat ini dikenal dengan istilah globalisasi) telah berkembang bahkan sejak sebelum abad pertengahan.
Pelaut-pelaut tangguh dari Iberia dilarang untuk membawa perempuan di dalam perahunya karena "berbahaya" bagi pelayaran.
Sebaliknya, pelaut-pelaut Nusantara malah membuat perahu-perahunya lebih besar dan lebih luas.
Tujuannya adalah untuk membuat bilik-bilik bagi perempuan.
Perempuan itu yang jelas menjadi bagian dari misi perdagangan dan diplomasi.
Namun, bisa saja perempuan-perempuan itu menjadi teman atau gundik dalam perjalanan.