Intisari-online.com - Barat menggunakan Ukraina sebagai dalih untuk "perang yang tidak diumumkan" melawan Moskow.
Lalu, menempatkan Rusia pada posisi di mana ia harus melindungi "negaranya sendiri", sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolay Patrushev, mengatakan pada hari Selasa (17/5).
Berbicara pada pertemuan dewan penasihat ilmiah Dewan Keamanan, Patrushev mengatakan "krisis geopolitik yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Saat ini disebabkan oleh penghancuran "arsitektur keamanan global dan sistem hukum internasional" yang dipimpin Barat.
Dia menambahkan bahwa alih-alih terlibat dalam dialog konstruktif dengan Moskow, AS dan sekutunya melakukan "ekspansi militer-politik ke Rusia."
Membangun dukungan untuk pemerintah Ukraina, dan mendorong Kiev untuk melakukan aksi kekerasan skala besar di Ukraina timur.
Menurut Patrushev, tujuan utama Barat adalah menciptakan kondisi untuk pembentukan rezim yang dikendalikan Barat di Rusia, seperti yang sudah diuji di Ukraina dan sejumlah negara lain.
Operasi militer di Ukraina mencegah hal ini, katanya, seraya menambahkan bahwa Moskow harus mengambil langkah-langkah pencegahan.
Karena ancaman terhadap keamanan nasional mencapai tingkat yang membahayakan "kenegaraan Rusia dan keberadaannya."
Sanksi saat ini dan "kampanye anti-Rusia global yang diluncurkan oleh Amerika dan satelit mereka," kata Patrushev.
Dengan meyakinkan membuktikan bahwa Ukraina telah menjadi dalih untuk mengobarkan perang yang tidak diumumkan melawan Rusia.
Dia juga mengklaim bahwa "agresi" terhadap Moskow memiliki dimensi ideologis.
"Situasi di sekitar operasi militer khusus Rusia di Ukraina menunjukkan bahwa neoliberalisme kolektif Barat berubah di depan mata kita menjadi ideologi fasisme neoliberal, yang terutama ditujukan untuk pemberantasan dunia Rusia," katanya.
Patrushev menggemakan pernyataan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, yang mengatakan sebelumnya pada hari Selasa bahwa ungkapan 'negara-negara yang tidak bersahabat' dalam kaitannya dengan Barat tidak sepenuhnya akurat.
"Saya akan mengatakan mereka adalah negara yang bermusuhan, karena apa yang mereka lakukan adalah perang," katanya.
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan akhirnya pengakuan Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Perancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Menyusul peluncuran serangan militer Rusia ke Ukraina, AS, Uni Eropa, Inggris, Australia, Jepang, dan banyak negara lain memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Moskow.
Dalam waktu kurang dari tiga bulan, Rusia telah menjadi negara yang paling terkena sanksi di dunia, melampaui Iran dan Korea Utara.