Sohor Hanya Jadi Gundik yang 'Layani Nafsu Seksual Layaknya Wanita Murahan', Para Nyai Justru Diklaim Berhasil 'Mencetak' Kesuksesan yang Bernuansa Rasisme Ini

Mentari DP

Penulis

Pengertian istilah Nyai yang sebenarnya.
Pengertian istilah Nyai yang sebenarnya.

Intisari-Online.com - Pernah Anda mendengar istilahNyai?

Di Indonesia, istilahNyai sering dikaitkan dengan hal-hal tabu. PadahalNyai memiliki artinya.

Dilansir darinationalgeographic.grid.id pada Rabu (18/5/2022),Nyai adalah sebutan untukwanita pribumi yang tinggal bersama pria Belanda tanpa status pernikahan.

Bagaimana kehidupan para Nyai tersebut?

Berikut ulasannya seperti dikutip dari tulisan FX. Domini BB Hera dan Daya Negri Wijaya dalam jurnalnya berjudul "Terasing dalam Budaya Barat dan Timur: Potret 'Nyai' Hindia Belanda, Abad VXII-XX" yang dipublikasi tahun 2014.

"Dalam konteks historiografi kolonial, istilah Nyai cenderung negatif."

"Ini karena tak adanya status pernikahan antara wanita pribumi dengan pria Belanda" tulisFX. Domini BB Hera dan Daya Negri Wijaya.

Padahal makna Nyai sangat beragam di Indonesia,

Misalnya di Jawa Nyai adalah sebutan untuk sebuta istri atau nyonya.

Sementara di Kalimantan, Nyariberarti gelar untuk wanita terhormat yang bukan keturunan bangsawan.

Selain artinya yang berbeda, kehidupan para Nyai juga bertolak belakang.

MenurutDr. Frances Gouda dalam bukunya berjudul"Dutch Culture Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda 1900-1942"terbitan tahun 1995, para Nyai hidup dalam pekerjaan yang berat.

Di mana merekamelayani nafsu seksual layaknya wanita murahan dan menerima beragam penghinaan lainnya.

Meski terus mengalami kejahatan yang menyerang mental dan psikis,Hera dan rekannya memiliki pandangan berbeda tentang Nyai.

Menurutnya pekerjaansebagaigundik(sebutan lain dari Nyai) jauh berbeda dari beberapa pekerjaan berat.

Sebut sajamemikul ember berat berisi getah karet.

Atau tinggal di pondok kumuh, yang penuh sesak dengan kuli China atau Jawa yang saling bermusuhan dan suka berjudi.

Hera dan rekannya menyebutkan bahwa perkara pergundikan dari kehidupan Nyai berakhir setelah masuknya Jepang pada 1942.

Tak hanya itu, ada sisi positif dari para Nyai.

Di mana Nyariberhasil mencetak paraIndo(keturunan Indonesia-Eropa) yang berbudi pekerti luhur.

Maksudnya mereka mampu berperilaku laiknya wanita Jawa.

Nyai rupanya memiliki peran positif dalam kehidupan bermasyarakat. Khususnya sebagai cultural mediator antara budaya Barat dan Timur.

Baca Juga: Hanya Dalam Waktu 15 Hari, Kaisar China Harus 'Tidur' dengan 121 Wanita, Jadwal 'Tidurnya' Rumit Bukan Main!

Artikel Terkait