Operasi Kejam Lobotomi, Sembuhkan Gangguan Jiwa dengan Cara Sengaja Merusak Jaringan Otak

Tatik Ariyani

Editor

Ilustrasi operasi
Ilustrasi operasi

Intisari-Online.com - Lobotomi juga dikenal dengan leukotomi yaitu operasi bedah saraf yang melibatkan koneksi di lobus prefrontal otak.

Lobotomi selalu kontroversial, namun secara luas dilakukan lebih dari dua dekade sebagai pengobatan untuk untuk skizofrenia, depresi, gangguan bipolar, dan penyakit jiwa lainnya.

Lobotomi dilakukan dengan sengaja merusak jaringan otak untuk mengobati penyakit jiwa.

Dengan begitu, dokter saat itu berpikir jika mereka bisa merusak koneksi yang menyebabkan gangguan jiwa, mereka bisa menghentikan perilaku buruk penderita gangguan jiwa.

Pada akhir tahun 1935, Moniz dan koleganya Almeida Lima melakukan eksperimen lobotomi pada manusia untuk pertama kali dan pengobatan tersebut tercatat berhasil untuk pasien dengan kondisi seperti depresi, skizofrenia, dan gangguan jiwa lainnya.

Namun, operasi tersebut memiliki efek samping yang lebih parah yaitu peningkatan suhu tubuh, muntah, kandung kemih dan inkontinensia usus, masalah mata, apatisme, kelesuan, sensasi kelaparan yang parah, dan efek lainnya.

Komunitas medis awalnya mengkritik prosedur tersebut, namun mereka mulai menggunakannya di negara-negara lain di seluruh dunia.

Prosedur pertama melibatkan pemotongan lubang di tengkorak dan menyuntikkan etanol ke otak untuk menghancurkan serat dan menghubungkan lobus frontal ke bagian otak lain.

Kemudian Freeman mengembangkan prosedurlobotomi pada tahun 1945 yang tidak memerlukan ahli bedah dan ruang operasi.

Teknik ini melibatkan penggunaan alat yang disebut orbitoklas, es pilihan yang dimodifikasi kemudian dimasukkan melalui soket mata dengan menggunakan palu.

Mereka kemudian akan memindahkan alat dari satu sisi ke sisi lain untuk memisahkan lobus frontalis dari thalamus, bagian otak yang menerima dan mengirimkan masukan sensorik.

Sekitar 50.000 lobotomi yang dilakukan di Amerika Serikat, dan antara 3.500 sampai 5.000 dilakukan oleh Freeman.

Sementara sebagian kecil dianggap lebih baik atau tetap sama, banyak orang justru menganggap lobotomi memiliki efek negatif pada kepribadian, inisiatif, hambatan, empati dan kemampuan pasien untuk mandiri.

Efek samping jangka panjang adalah kebodohan mental, orang tidak bisa hidup mandiri dan mereka kehilangan kepribadian mereka.

Dengan begitu banyaknya efek negatif bagi kesehatan, metode lobotomi akhirnya dilarang karena dianggap sebagai prosedur yang tidak manusiawi, namun Moniz justru memenangkan hadiah nobel untuk penemuan prosedur tersebut.

Baca Juga: Kisah Susan, Ratu Albania Tituler dari Australia, Kunjungi Banyak Rumah Sakit di Seluruh Dunia, Tapi Akhir Hidupnya Harus ‘Kalah’ dengan Penyakitnya

Baca Juga: Kisah Kerajaan yang ‘Hilang’ Irak, Raja Faisal II Menyerah pada Pemberontak, Selamat dari Eksekusi, Meninggal dalam Perjalanan ke Rumah Sakit, Mayatnya Digantung di Tempat Ini, Sadis!

Artikel Terkait