Beberapa Penyebab Uni Soviet Bubar, Kebijakan yang Salah Ini Sebabnya

May N

Editor

Kebijakan Uni Soviet yang salah langkah dan jadi penyebab Uni Soviet bubar
Kebijakan Uni Soviet yang salah langkah dan jadi penyebab Uni Soviet bubar

Intisari - Online.com -Saat masih berdiri,Uni Sovietadalahnegara terbesar di dunia, sampaikemudian runtuh di tahun 1991, lantas,kenapa Uni Soviet bubar?

Di samping memilikiwilayah luas dan jumlah populasi yang tinggi,Uni Sovietsaat itu memilikipuluhan ribu senjata nuklirdanpengaruh di penjuru timur Eropa.

Setahun kemudian, negara ini hancur.

Kenapa Uni Soviet bubar?

Penyebab Uni Soviet Bubar

Dilansir dariEncyclopaedia Britannica, Uni Soviet di awal tahun 1991 memiliki luas wilayah 22.400.000 km persegi.

Luas negara ini saat itu meliputi satu per enam permukaan bumi.

Wilayah Uni Soviet saat itu didiami lebih dari 290 juta penduduk dengan lebih dari 100 kebangsaan.

Pakta Warsawa (14 Mei 1955-1 Juli 1991) saat itu juga berperan atas pengaruh Uni Soviet di berbagai negara Eropa bagian timur.

Pakta Warsawa merupakan perjanjian pertahanan militer bersama antara Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hungaria, Polandia, dan Romania.

Kebijakan Perestroika dan Glasnost

Pemimpin Uni Soviet saat itu Mikhail Gorbachev mengusung kebijakan glasnost (keterbukaan) dan perestroika setelah ia diangkat menjadi Sekjen Partai Komunis Uni Soviet.

Glasnost diharapkan dapat memicu dialog dan keterbukaan, sementara perestroika diharapkan memicu kebijakan pasar bebas semu bagi industri milik negara.

Kebijakan perestroika kelak justru memicu sistem kapitalisme dan komunisme yang buruk.

Penerapan perestroika saat itu menaikkan harga tanpa memperbaiki layanan yang disediakan, sehingga dianggap hanya menguntungkan pemerintah.

Reformasi Gorbachev dan pengabaian pada Doktrin Brezhnev tentang penyatuan negara-negara komunis di dunia mempercepat runtuhnya Uni Soviet.

Pada akhir 1989, Hungaria membuka perbatasan dengan Austria, Solidarity mengambil alih kekuasaan di Polandia, negara-negara Baltik menuju kemerdekaan, dan Tembok Berlin runtuh.

Kebijakan Ekonomi

Uni Soviet memiliki kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia pada 1990, tapi meski begitu, Uni Soviet kekurangan barang konsumsi bertahun-tahun lamanya.

Hal inilah yang membuat ekonomi pasar gelap Uni Soviet setara dengan lebih dari 10% PDB resmi negara.

Uni Soviet juga mengalami inflasi karena kenaikan upah didukung pencetakan uang.

Di samping itu, penurunan tajam harga minyak membuat ekonomi Uni Soviet sebagai produsen minyak dan gas alam terpuruk.

Penguatan Militer

Uni Soviet dipercaya meningkatkan pertahanan militer ketika Ronald Reagan menjadi presiden Amerika Serikat.

Peningkatan anggaran bagi riset dan pengembangan militer serta pertahanan saat itu dinilai tidak seimbang dengan peningkatan kekuatan ekonomi.

Sementara itu, ahli teknologi dan calon wirausahawan yang seharusnya dapat membantu Gorbachev meningkatkan perekonomian justru ditarik untuk memperkuat industri pertahanan.

Keletihan Konflik

Uni Soviet bertanggung jawab atas 10 tahun pendudukan di Afghanistan (1979 - 1989), dan dalam 10 tahun pendudukan mereka, sebanyak 15.000 tentara tewas dan ribuan lainnya terluka.

Sementara itu, lebih dari satu juta warga Afghanistan tewas, dan lebih dari 4 juta orang mengungsi karena konflik.

Para tentara Uni Soviet menyuarakan kebuntuan yang dialami 10 tahun tersebut kendati dibungkam pemerintah.

Sementara itu, Afgantsy, veteran konflik Afghanistan, menolak konflik yang disebut perang Moskow tersebut.

Para tentara yang berasal dari Asia Tengah juga merasakan kedekatan etnis dan agama dengan orang Afghanistan ketimbang Uni Soviet.

Demonstrasi di Ukraina lalu pecah seiring konflik di Afghanistan.

Konflik tersebut juga memicu negara-negara Baltik melakukan gerakan separatis, sehingga Estonia, Latvia, dan Lithuania merdeka pada 1990.

Insiden Nuklir Chernobyl

Selanjutnya tidak disangka-sangka pada 26 April 1986, terjadilah ledakan di reaktor Unit 4 pembangkit listrik Chernobyl, Prypyat (Ukraina).

Ledakan dan kebakarannya menyebabkan dampak radioaktif 400 kali bom Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945.

Kendati berbahaya dan melanggar doktrin glasnost (keterbukaan), Sekjen Partai Komunis Uni Soviet (Communist Party of the Soviet Union/CPSU) Mikhail Gorbachev memerintahkan para staf pemerintahan untuk tidak menyebarkan informasi bencana nuklir tersebut ke masyarakat dan ke mancanegara.

Peserta parade May Day di area terdampak juga tidak diinformasikan, sehingga tetap melaksakan pawai dan selebrasi tanpa tahu akan terdampak paparan radioaktif.

Sejumlah laporan dari Barat ditampik sebagai gosip oleh pemerintah Uni Soviet hingga diakui pada 14 Mei, 18 hari setelah bencana.

Pada 4, kebocoran radioaktif baru dapat tertangani oleh petugas.

Kelak, dampak radioaktif pada korban-korban terpapar membuat Uni Soviet kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan mancanegara.

Beberapa dekade kemudian, Gorbachev mengatakan dalam peringatan bencana Chernobyl, "mungkin ketimbang kebijakan perestroika, Chernobyl mungkin adalah penyebab runtuhnya Uni Soviet sebenarnya 5 tahun kemudian."

Masuknya Paham Barat

Glasnost (keterbukaan) memicu masyarakat Uni Soviet untuk menjelajahi paham Barat, mulai dari konsep, gagasan, ide, hingga produknya.

Pada 1990, warga Uni Soviet kerap mengantri untuk membeli koran-koran liberal dan mengonsumsi bacaan tentang demokratisasi.

Antrian juga mengular di McDonald pertama di Uni Soviet pada Januari 1990.

Menguatnya masyakarat dan dan runtuhnya kredibilitas pemerintah Uni Soviet tersebut lantas turut menjadi penyebab Uni Soviet bubar.

Baca Juga:Inilah Peta Uni Soviet Negara Terluas di Dunia, Berapa Luasnya?

Artikel Terkait