Dalam 11 tahun berikutnya, Qin Liangyu melakukan berbagai pertempuran melawan pemimpin pemberontak yang sedang naik daun Zhang Xianzhongsekitar Sichuan.
Saat Dinasti Ming runtuh dan Manchu menerobos selatan ke Dataran Tengah, Qin mengarahkan upayanya untuk melawan front Qing yang maju.
Sebagai hasil dari kemauan dan tekadnya dalam memerangi Manchu, Qin Liangyu diberi gelar Pelindung Agung Putra Mahkota oleh Kaisar Ming Selatan.
Karena sangat sedikit karakter terkemuka yang pernah mencapai gelar Pelindung Agung Putra Mahkota, dia pun dianggap sebagai salah satu jenderal wanita peringkat tertinggi dalam sejarah Tiongkok.
Baca Juga: Reformasi Adalah Era Perpolitikan Indonesia Pasca-Soeharto, Ini Sejarahnya
Kematian Qin Liangyu
Setelah Beijing jatuh ke tangan Qing pada tahun 1644, Qin Liangyu melanjutkan perlawanannya.
Kaisar Longwu dari Dinasti Ming Selatan mengangkatnya menjadi Marquess, tetapi segera digulingkan.
Qin Liangyu kemudian menguasai sebagian Shizhu dan kebijakan bercocok tanamnya membuat wilayahnya menarik bagi para pengungsi.
Qin Liangyu meninggal setelah jatuh dari kuda saat memeriksa pasukannya, pada usia 75 tahun.
Warisannya, bersama dengan lengan dan baju besinya, tetap ada hari ini di Shizhu , Chongqing.
Patungnya berada di Aula Ganyu Shibaozhai di Kabupaten Zhong (yang dilestarikan selama Proyek Tiga Ngarai ) bersama dengan patung jenderal Tiga Kerajaan terkenal Zhang Fei dan Yan Yan .
Bersama dengan Hua Mulan, Liang Hongyu dan Kakak Ketiga Belas, Qin Liangyu adalah salah satu wanita militer paling terkenal di Tiongkok.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR