Intisari-Online.com – Lawan yang paling ditakuti dalam setiap konflik militer adalah penembak jitu atau sniper.
Sebab penembak jitu atau sniper ini dapat membunuh target musuh dari jarak jauh dengan akurasi yang luar biasa.
Secara tradisional, peran penembak jitu telah diisi oleh laki-laki, karena tidak ada perempuan yang bertugas dalam peran tempur di angkatan bersenjata di Eropa Barat atau Amerika Utara.
Tapi semua itu berubah dengan munculnya Perang Dunia II.
Negara-negara yang terlibat dalam perang menemukan bahwa mereka harus mengembangkan pandangan tradisional tentang peran perempuan.
Tidak heran, perempuan juga mengambil peran tempur dalam perlawanan dan pasukan reguler.
Ketika Jerman melancarkan Operasi Barbarossa dan menginvasi Rusia, Tentara Merah menderita kerugian besar baik personel maupun peralatan.
Pada tahap ini, pejabatmiliter tahu bahwa mereka harus mengubah pandangan mereka tentang peran perempuan dan merekrut mereka ke dalam jajaran militer.
Perkiraan menunjukkan bahwa sekitar 800.000 wanita direkrut, dan sebagian besar mengisi peran tradisional perawat, pengemudi, juru masak, atau juru tulis.
Tetapi beberapa orang terpilih, 2.000 seluruhnya, ditugaskan tugas mematikan sebagai penembak jitu – peran yang mereka kuasai.
Dilansir dari thevintagenews.com pada Selasa (3/5/2022), Mayor Jenderal Rusia Morozov mengatakan bahwa hierarki militer Rusia percaya bahwa perempuan lebih sabar, hati-hati, dan berhati-hati.
Serta mereka memiliki tangan yang lebih kecil dan lebih lembut daripada pria. Sehingga mereka menekan pelatuknya dengan lebih baik.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR