Maskelyne yang merasa kalah dan gagal misinya, memegang gagang tombak dan menarik keras-keras. Tombak itu tertarik ke luar dengan sulit. Imam berkeringat dan mengeluarkan kata-kata gerutuan, tetapi tampak tidak kesakitan. Akhirnya, dengan susah payah tombak itu keluar juga. Maskelyne memeriksanya. Aneh, tidak ada darah sedikit pun. Ia menoleh pada kemeja imam yang robek. Tidak ada darahnya sedikit pun.
Tiba-tiba ia ingat. Kakeknya pernah bercerita tentang seorang pesulap yang sukses di kota-kota lain, tetapi gagal di London. Di kota itu pesulap tersebut ketahuan menggunakan ikat pinggang kulit untuk pertunjukan yang mirip dengan yang dilihatnya sekarang. Maskeylne menyerahkan tombak itu dan tiba-tiba memberi jasa baik membersihkan debu dari pinggang iman. Imam seperti tersengat lebah, karena Maskelyne berhasil meraba ikat pinggang kulitnya.
Kepada pelayan Maskelyne berkata, "Tolong katakan kepada imam, saya tahu ia menggunakan ikat pinggang kulit dan tombak itu bisa melengkung sekitar pinggangnya ketika ia berbuat seolah-olah menusuk diri."
"Saya tidak berani," jawab penerjemah dengan ketakutan. Ia cuma mengucapkan sepatah dua patah kata saja dan imam menstopnya.
Pelayan itu akhirnya berkata kepada Maskelyne, "Imam bilang Anda memang hebat. Di antara orang-orang besar harus ada persahabatan."
Maskelyne buru-buru berkata, "Saya tahu imam akan menerima orang-orang saya, yang menghormatinya seperti saya menghormati beliau." Imam tidak punya pilihan lain. Mereka berjabatan tangan sebagai dua orang pesulap. Kedua-duanya saling menyegani.
Maskelyne pergi meninggalkan ruangan dengan hati lega. Misinya berhasil. Di tengah lorong yang menuju ke luar ia membungkuk untuk memungut kupu-kupunya yang dijalankan secara mekanis.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR