Intisari-Online.com - Setelah direkrut oleh pasukan Inggris, tugas pertama Jasper Maskelyne adalah beradu kemahiran main sulap dengan imam tua Suku Dervish. Ia harus mengalahkan imam itu agar pasukan Inggris bisa melewati suku itu dengan aman jika harus mundur dari peperangan.
Dengan hati berdebar-debar, Maskelyne menemui imam yang menunggunya di pojok sebuah ruangan. Imam tua itu mengenakan baju satin hijau yang longgar, bercelana panjang putih, berped beludru, dan bersandal. Sikapnya bermusuhan.
Sebagai tukang sulap, Maskelyne segera melihat bahwa di ruang itu banyak benda-benda yang ditaruh di tempat yang tidak sewajarnya. Umpamanya, ada pot bunga berisi tanah tetapi tidak ada tanamannya di sudut yang jauh dari jangkauan cahaya.
Maskelyne berbicara lewat seorang pelayan yang menjadi penerjemah. la bersikap hormat. Imam menyatakan sudah lama mendengar kegaiban yang bisa dilakukan oleh Maskelyne, tetapi ia menyesal tidak bisa mengubah situasi, walaupun Maskelyne sudah jauh-jauh datang menemuinya.
Maskelyne menerangkan bahwa pengunduran diri mungkin saja tidak akan terjadi, tetapi seandainya terjadi, dijamin tidak akan membahayakan rakyat.
Imam tidak mau melanjutkan diskusi. Ia malah mendekati pot merentangkan tangannya dan menyanyi. Ketika dia menyingkir dari pot itu, di pot tersebut sudah tumbuh pohon jeruk kecil.
Pertunjukan ini bukan barang baru bagi Maskelyne. Pohon jeruk tadinya disembunyikan di lengan baju. Untuk menimpali pertunjukan itu, Maskelyne dengan santai mengambil pipanya dari saku. Ia menjentikkan jarinya dan muncullah api. Dengan api itu dinyalakannya pipanya.
Mata imam yang hijau itu bersinar-sinar. Ia memperlihatkan kedua belah tangannya: kosong. Lalu ditutupnya matanya dan ketika kedua belah tangan itu ia angkat dari mata, dalam setiap tangan tergenggam sebutir telur. Telur itu dipelototinya dan keduanya digenggamnya bersama-sama dengan kedua belah tangannya. Waktu tangan dibuka, menggeleparlah di dalamnya seekor burung merpati.
Maskelyne merasa lebih percaya diri. Dari saku celananya ditariknya sebuah saputangan warna-warni. Saputangan itu dilambai-lambaikannya, lalu digenggam dengan sebelah tangan. Ketika ia membuka genggamannya, seekor kupu-kupu yang warnanya seperti saputangan itu terbang ke luar pintu.
Imam lantas mengambangkan sebuah jambangan yang tadinya terletak di atas lemari. Maskelyne menjawab dengan mengeluarkan sejumlah benda dari mulut.
Imam menghadapi lemari, merentangkan tangan, lalu menariknya lagi. Pintu lemari terbuka seperti ditarik dengan tali, tetapi tidak ada tali. Tangannya berhenti ditarik, pintu lemari berhenti bergerak. Tangannya ditepukkan, pintu lemari tertutup.
Maskelyne menduga tali mestinya ada, tapi disambung dengan sandal atau ibu jari imam, atau tersembunyi di bawah permadani.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR