Phoolan berjingkrak-jingkrak kesenangan. Meski thakur itu sendiri memang berseteru dengan Sarpanach, baru kali ini, dendamnya terbalas, meski lewat tangan orang lain.
Menemukan cinta
Sejak itu Phoolan semakin tersingkir. Panchayat bahkan merapatkan nasib gadis yang terus jadi sumber masalah di kampungnya ini. Mereka memutuskan akan mengawinkan Phoolan dengan mantan pelayan Sarpanach. Mendengar berita ini, Phoolan lantas kabur ke rumah kakaknya, Rukmini, di desa lain.
"Reputasi" Phoolan memasuki babak baru, ketika Mayadin dan Sarpanach menuduhnya salah seorang bandit yang merampok rumah Mayadin. Padahal alibinya kuat. Saat terjadinya peristiwa, ia sedang menginap di rumah Rukmini.
Phoolan ditangkap dan ditahan di kantor polisi Kalpi selama tiga hari. Adik ipar Mayadin, Mansukh, membawa polisi dari distrik lain untuk ikut menyiksa. Di depan ayahnya ia ditelanjangi, digebuki, dan dipaksa mengaku. Bahkan di sel terpisah, semalaman, dalam keadaan masih telanjang. Ia diancam, bila sampai bocor mulut di depan hakim, rumahnya akan dibakar. Berkat alibinya, dan kebijaksanaan hakim, meski ada pernyataan resmi bahwa Phoolan telah mengaku, ia dibebaskan.
Pertengkaran keluarga Devidin dengan Mayadin terus berbuntut masalah, Puncaknya, ketika Mayadin dan Sarpanach berhasil menghasut tetua desa untuk mengucilkan keluarga Devidin yang "penuh noda" dan melarang mereka mengambil air di sumur desa. Kemarahan, dendam, dan frustrasi yang terus bertumpuk akhirnya mengusir segala ketakutan dari Phoolan. Ia malah mengancam Mayadin dan Suresh, anak Sarpanach, terang-terangan. Bahkan ia mengaku-aku punya bedil segala. Para thakur iseng yang berdatangan mencari Phoolan, tua-muda, seorang diri atau beramai-ramai jadi terkaget-kaget, karena bukannya mereka yang mengerjai Phoolan, malah mereka yang kena sasaran gebukan Phoolan! Mayadin kasak-kusuk lagi, sehingga suatu hari datang segerombolan bandit di bawah pimpinan seorang mallah, Vickram Mallah, menculik Phoolan.
Tidak ada yang menyangka, bahkan Phoolan sendiri bahwa justru di dalam hutan, di tengah kehidupan serba keras dunia para bandit, si "monster" kecil ini untuk pertama kalinya merasakan perlindungan seorang lelaki yang tak lain dari Vickram sendiri. Vickram-lah lelaki pertama yang bertanya, "Apakah kau menyukaiku?" Vickram pula orang pertama di dunia yang bisa memancingnya ngobrol sampai berjam-jam, menumpahkan segala beban perasaannya.
Vickram bahkan membunuh Baboo, bandit saingannya yang ingin memperkosa Phoolan. Puncaknya, ia mengawini Phoolan meski dengan tata cara amat sederhana. Phoolan sampai terheran-heran, betapa di hutan belantara ia malah diperlakukan sebagai manusia! Bahkan setelah menjadi suaminya pun, Vickram tidak menekankan kehendaknya ketika Phoolan masih traumatis dengan sentuhan lelaki. "Dia lelaki pertama yang menciumku, yang bertanya apakah aku takut, apakah aku bahagia," tutur Phoolan. Namun, di bawah bimbingan Vickram pula, Phoolan belajar menjadi bandit.
Membalas Putti Lai
Suatu kali ketika mereka sampai ke Mahespur, desa Putti Lai, kesempatan itu tak disia-siakan. Demi dendam dan semua mimpi buruk yang selama ini ditanggung Phoolan, mereka menyerbu rumah Putti Lai. "Di mana Putti Lai?!" hardik Vickram.
Seorang tua muncul dan menyahut, "Aku Putti Lai." Anakanak buah Vickram heran, karena Putti Lai lebih pantas menjadi ayah atau kakek mereka.
Anak buah Vickram menyeret Putti Lai ke jalanan, lalu menggebuki dia dengan lathi (cambuk, terkadang dengan besi di ujungnya). Tulang-tulangnya gemeretak, giginya rontok. Akhirnya, Vickram menyerahkan sepotong dahan kayu neem kepada Phoolan, "Giliranmu." Meski semula ragu dan takut, Phoolan akhirnya melampiaskan dendamnya. Putti Lai ditinggalkan di tepi jalan, disertai catatan yang berbunyi: "Peringatan bagi orang tua yang berani-berani menikahi anak gadis kecil!"
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR