Setelah pengobatan selesai, alat-alat dibongkar lagi untuk dipasang kembali di rumah, tetapi saya belum boleh pulang. Saya diajak duduk-duduk dan minum di serambi belakang. Kami bercakap-cakap seperti layaknya dua orang yang baru berkenalan.
Ketika melihat Menteri Sosial Muljadi Djojomartono lewat di halaman istana, BK memanggil. "Pak Mul, Pak Mul, mari berkenalan dengan dokter gigi saya yang baru."
"Saya sudah mengenal drg. Oei, sedikitnya sepuluh tahun, Pak," jawabnya.
Menteri P & K Prof. Dr. Prijono juga dipanggil, untuk diperkenalkan. Prof. Prijono menjawab, bahwa dirinya sudah lama menjadi pasien saya. Dengan nada agak menyesali BK berkata, "Bagaimana sih Bapak-bapak Menteri ini? Mengapa tidak sejak dulu-dulu memberi tahu saya?"
Menteri Muljadi berani menjawab, "La, Bapak sudah sejak dulu gandrung dengan drg. X."
Sebetulnya sebelum menjadi dokter gigi BK, saya pernah bertemu dengan BK di suatu jamuan kenegaraan yang diadakan di sebuah kedutaan asing di Hotel Indonesia. Saat itu kepala negara asing sedang melakukan kunjungan kenegaraan dan kebetulan dubesnya adalah pasien saya. Pertemuan dengan BK di resepsi itu sungguh merupakan pengalaman yang mengesankan bagi saya, tetapi tentu saja BK tidak terkesan oleh saya, yang cuma merupakan salah seorang tamu. (Intisari)
Penulis | : | Nur Resti Agtadwimawanti |
Editor | : | Nur Resti Agtadwimawanti |
KOMENTAR