Kehidupan Lin Siniang: 'Perempuan Nakal' yang Pada Umur 6 Tahun Sudah Kuasai Seni Bela Diri hingga Dijadikan Istri Raja China dan Jadi Guru Bagi Para Selir

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

(Ilustrasi) Lin Siniang pejuang China yang melatih pasukan wanita dan mengorbankan nyawanya untuk rajanya
(Ilustrasi) Lin Siniang pejuang China yang melatih pasukan wanita dan mengorbankan nyawanya untuk rajanya

Intisari-Online.com -Lin Siniang 1629-1644 (perkiraan) adalah seorang pejuang yang melatih pasukan wanita dan mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan rajanya.

Dia meninggal pada usia muda 15 tahun.

Pada 1629, China terjerat dalam perang dengan alam dan manusia.

Di antaranya yakni pertempuran dengan Mongolia, Korea, dan Jepang hingga militer meregangkan anggaran negara hingga meledak.

Ketika China dilanda musim dingin yang lebih lama dan lebih dingin yang disebabkan oleh penurunan suhu rata-rata, kelaparan juga melanda di seluruh China utara.

Tidak cukup tanaman yang bisa ditanam untuk menyediakan makanan dan banyak tentara yang kelaparan.

Tahun 1629 juga waktu saat Lin Siniang (Lean Shinjang) lahir ke dunia dari keluarga militer China yang berjuang dengan kehidupan.

Keluarga Lin Siniang mungkin miskin, tetapi ayahnya berusaha memenuhi pendidikannya dengan penggunaan pedang, tombak, dan seni bela diri.

Dia sangat mahir sehingga bahkan pada usia enam tahun, orang-orang kagum dengan keahliannya.

Ketika Lin Siniang masih remaja, orang tuanya dibunuh dan dia ditinggalkan tanpa ada keluarga yang merawatnya.

Dia menjadi pelacur, bekerja sepanjang hari di tepi Sungai Qinhuai, dekat Nanjing modern.

Lin tidak pernah berhenti mengasah kemampuan bertarungnya setiap ada kesempatan.

Suatu hari ketika dia meningkatkan seni bela dirinya di tepi sungai, Raja Zhu Changshu (Chew Chunjoe) kebetulan lewat dan jatuh cinta pada pandangan pertama padanya.

Dia memintanya untuk ikut dengannya ke istana.

Tidak lama setelah mereka menikah, raja meminta Lin Siniang untuk mengajarkan keterampilan bertarungnya kepada semua selir kerajaan.

Para wanita sangat menikmati pertempuran sehingga mereka bertahan dan menjadi tentara wanita.

Kekeringan dan kelaparan yang mengerikan di Utara membawa pemberontak dari provinsi Shaanxi (Sha-she) dan Shanxi (Shon-She) untuk mencari makanan.

Raja Zhu gagal menanggapi ancaman tersebut seserius yang seharusnya dan dia disandera oleh para pemberontak saat berada di gunung retretnya.

Lin Siniang mendengar tentang penangkapan raja dan segera mengerahkan pasukan tentara selirnya bersama-sama dan memimpin serangan terhadap mereka.

Pada awalnya musuh bingung karena harus berhadapan dengan wanita dan pasukan Lin berhasil mengalahkan pemberontak dalam jumlah besar.

Para wanita berhasil membebaskan raja dari penawanan tetapi tentara pemberontak akhirnya mengalahkan militer wanita sampai Lin adalah satu-satunya yang masih hidup.

Dia melawan setiap pukulan, tendangan, pedang, dan tombak sampai dia tidak tahan lagi dan terkena pukulan yang akan merenggut nyawanya.

Tidak perlu waktu lama untuk berbagi cerita tentang Lin Siniang, mungkin satu atau dua menit, tetapi terkadang hal-hal kecil dalam hidup yang dapat membuat dampak terbesar.

Lin Siniang baru berusia lima belas tahun ketika dia meninggal memimpin pasukannya yang dilatih sendiri dalam pertempuran untuk menyelamatkan raja.

Baca Juga: Dimakamnya Tertulis ‘Wanita yang Berbudi Luhur’, Inilah Kisah Ratu Zhuang Fanji, Istri Raja Zhuang dari Kerajaan Chu, Saking Tidak Pernah Cemburu, Bahkan Carikan Selir Tambahan untuk Raja

(*)

Artikel Terkait