Awal-awal, Owi mempelajari teknik dasarnya saja, paling tidak untuk membiasakan dirinya memegang raket dan kok. Namun, namanya masih anak-anak, tak jarang Owi dan kakaknya malas berlatih.
Ada cara unik yang digunakan ayahnya agar mereka tetap semangat, yakni dengan meletakkan uang di net. Uang itu nantinya bisa mereka ambil sesuai dengan jumlah poin yang dihasilkan.
Misal, Owi akan mendapat Rp20 ribu ketika dirinya berhasil mencetak 10 poin atau Rp50 ribu untuk 15 poin. “Cara itu cukup berhasil untuk saya. Mungkin karena saya mata duitan,” cerita Owi sambil tertawa.
Memasuki usia sebelas tahun, Owi wajib mempelajari bulu tangkis dengan serius dan harus menghasilkan poin-poin di setiap latihan.
BACA JUGA: Wahai Wanita, Suruh Pasanganmu Mengonsumsi Ini Agar Spermanya Banyak, Gesit, dan Kuat
Pria kelahiran 18 Juli 1987 ini juga mulai mengikuti kompetisi bulu tangkis di sekolah dan pertandingan antar-kampung (tarkam). Hasilnya pun memuaskan sehingga Owi mulai dikenal di daerahnya.
Dari situ pula, anak ketiga dari tiga bersaudara ini mulai merasakan keuntungan dari bermain bulu tangkis sehingga ia benar-benar jatuh cinta pada olahraga tersebut.
“Saya mulai merasa menjadi pebulutangkis itu enak, bisa dapat uang, prestasi dan kebanggaan,” papar Owi.
Setelah dididik sendiri oleh ayahnya selama bertahun-tahun, akhirnya di umur 14, Owi merantau ke Tangerang.
Bergabung dengan klub Argo Pantes demi memantapkan kariernya sebagai pebulutangkis. Selama 1,5 tahun ia “bersekolah” dan berlatih di sana sebelum akhirnya pindah ke Semen Gresik dan lalu ke PB Djarum Kudus.
BACA JUGA: 10 Fakta Wanita Jepang: Mereka Lebih Suka Dipacari Pria Indonesia Dibanding Pria Jepang Sendiri
Performanya di pertandingan antar-klub daerah, menarik hati pihak Pelatnas.
Penulis | : | intisari-online |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR