Advertorial

Karena Harga Gula Mahal, Dulunya Permen Hanya Dimakan oleh Bangsawan

K. Tatik Wardayati
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Sejak masih hidup di gua-gua, manusia sudah punya satu kebiasaan yang masih dilakukan keturunannya sekarang.

Sambil mengisi waktu senggang, mulut mereka sering iseng kepingin mengulum makanan yang manis.

Karena belum ada tukang jualan permen, mereka pun cukup mengulum madu.

Kebiasaan ini terus berlanjut hingga zaman Mesir kuno, 3.500 tahun lalu. Perkembangan selanjutnya, madu mulai dicampur dengan buah-buahan dan kacang.

Campuran semacam ini juga ada di "permennya" bangsa Arab dan Cina yang juga terbuat dari madu.

Baca juga:Taksi Ini Sediakan Permen Hingga Minuman Gratis, Sang Sopir Tak pernah Rugi

Selain bahan manis bikinan lebah itu, belakangan orang mulai senang mengisap air tebu, yang dalam bahasa Arab disebut qandi.

Nama ini yang kemudian diserap bangsa Italia kuno menjadi zucchero candi, kemudian sucre candi (Prancis), dan belakangan orang Inggris menyebutnya sugar candy alias permen.

Teknik membuat permen dengan cara memanaskan gula dengan air juga mulai dikembangkan di Inggris dan negeri-negeri koloninya.

Pada suhu pemanasan yanga tinggi akan dihasilkan permen keras. Kalau suhu pemanasannya agak dingin, hasilnya lebih empuk. Persis seperti cara yang dipakai sekarang.

Karena dalam pembuatannya butuh banyak gula yang ketika itu harganya mahal, kembang gula alias permen hanya dikulum orang-orang kaya atau kaum bangsawan.

Baru menjadi jajanan rakyat kebanyakan, ketika pabrik-pabrik permen muncul di Amerika Serikat pada abad ke-19.

Pada awal 1800-an saja, sudah ada 380 pabrik di negeri Paman Sam yang memproduksi gula-gula warna-warni yang disebut penny candy. Hmm, benar-benar bisnis yang manis.

Selain berwarna-warni, permen yang dicampur cokelat atau kita sebut permen cokelat juga ikut berkembang.

Cokelat dari tanaman kokoa sebenarnya sudah dikonsumsi di kebudayaan Indian Maya tahun 250 SM sebagai minuman.

Para pelaut Spanyol yang kemudian membawanya ke Eropa, dan baru pada 1502 cokelat dinikmati orang Eropa.

Baca juga:Berawal dari Getah Pohon Sampai Bisa Mengurangi Ketegangan, Inilah Sejarah Permen Karet

Cokelat baru dikembangkan sebagai makanan, setelah Milton S. Hershey, seorang pengusaha dari Lancaster, Inggris, membuatnya menjadi makanan yang disebut bar- bentuknya seperti permen cokelat yang kita kenal sekarang.

Permen cokelat baru benar-benar populer, setelah menjadi salah satu permen yang dibagikan kepada prajurit Angkatan Darat Amerika yang berperang di PD II.

Ketika pulang, para prajurit itu sudah terlanjur ketagihan dan cokelat jadi laku di pasaran.

Kembang gula asli Amerika adalah permen karet yang dikonsumsi dengan cara dikunyah-kunyah.

Kebiasaan "memamah biak" seperti ini sebenarnya sudah ada di kalangan masyarakat Yunani kuno yang gemar mengunyah getah tanaman mastic, sejenis karet.

Orang-orang Indian juga punya kebiasaan mengunyah-ngunyah getah spruce, sejenis cemara.

Tapi permen karet yang kita kenal sekarang umumnya terbuat dari getah pohon jelutung (Dyera spp), menggantikan getah sapodilla (Achras sapota).

Awalnya, permen karet tidak seempuk sekarang. Permen ini jadi enak digigit setelah seorang jenderal Meksiko, Antonio Lopez, mengajak Thomas Adam membuat ban mobil yang murah dari bahan sapodilla.

Ternyata Adam malah mengeluarkan produk permen karet Adams New York. la kemudian mendapat paten untuk chewing gum produksinya itu pada 1869. (Dari pelbagai sumbet/Tj – Intisari Juli 2006)

Baca juga: Salah Satunya Baik untuk Merawat Memori, Berikut 6 Manfaat Mengejutkan Permen Karet!

Artikel Terkait