Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Melandai, Ilmuwan AS Malah Peringatkan Evolusi Varian Covid Mengkhawatirkan hingga Masa Depan Tidak Pasti

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Ilmuwan AS: Evolusi Varian Covid Mengkhawatirkan
Ilmuwan AS: Evolusi Varian Covid Mengkhawatirkan

Intisari-Online.com -Kasus baru positif Covid-19 atau corona di Indonesia dalam tren melandai.

Namun, jangan anggap enteng dan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan.

Melansir data Satgas Covid-19, hingga Minggu (10/4) ada tambahan 1.071 kasus baru corona. Sehingga total menjadi 6.032.707 kasus positif Corona.

Sementara itu, jumlah yang sembuh dari kasus Corona bertambah 2.493 orang sehingga menjadi sebanyak 5.804.402 orang.

Sedangkan jumlah orang yang meninggal akibat virus Corona di Indonesia bertambah 29 orang menjadi sebanyak 155.626 orang.

Jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia mencapai 72.679 kasus, berkurang 1.451 kasus dibanding sehari sebelumnya.

Pemerintah meminta masyarakat memiliki tanggung jawab yang tinggi dan kolektif untuk mematuhi protokol kesehatan.

Karena untuk menekan wabah Corona, dimulai dari menekan angka penularan.

Evolusi cepat virus

Covid-19 telah berevolusi lebih cepat dari yang diperkirakan, dan "kita siaga akan banyak evolusi ke depannya," kata Trevor Bedford, profesor biostatistik di Fred Hutchinson Cancer Center, kepada panel penasihat FDA independen sebagaimana dilansir Guardian pada Sabtu (9/4/202).

“Virus-virus itu akan bekerja lebih baik dan akan menyebar secara lokal dan mungkin secara regional dan mungkin secara global.”

Perkembangan Covid-19 AS umumnya mengikuti lonjakan di Inggris tiga atau empat minggu kemudian, tetapi kasus yang dilaporkan tetap stabil di rata-rata sekitar 26.000 sehari.

Sementara itu kematian telah menurun secara signifikan dari puncak Omicron, dengan lebih dari 500 orang AS masih sekarat setiap hari.

“Saya pikir kita akan melihat beberapa kasus meningkat di beberapa tempat,” kata Benjamin Linas, profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Boston.

Di AS saja, diperkirakan setengah dari warganya mungkin telah terinfeksi Omicron dalam periode 10 minggu – “jumlah yang luar biasa”, kata Bedford.

Sebagai perbandingan, influenza biasanya menginfeksi 10-20 persen populasi dalam waktu sekitar 20 minggu.

Tetapi itu juga berarti bahwa sekitar setengah orang AS tidak terinfeksi pada gelombang Omicron pertama, yang berpotensi membuat mereka rentan terhadap gelombang lain sekarang.

Melansir Kompas.com, virus corona, saat melanda dunia dan menginfeksi jutaan orang, bermutasi dua hingga 10 kali lebih cepat daripada influenza biasanya, kata Bedford.

Kemungkinan varian masa depan masih akan muncul dari Omicron, bahkan mengatasi kekebalan dari kasus Omicron sebelumnya, tambahnya.

Tapi ada juga potensi munculnya varian baru dari strain sebelumnya, seperti Delta.

Omicron tampaknya telah berevolusi dari versi virus yang jauh lebih awal pada musim panas 2020, sebelum meledak di seluruh dunia pada akhir 2021.

Baca Juga: Saat Omicron Kian Merajalela, 2,4 Juta OrangIndonesiaHarus Ulangi Vaksinasi Dosis 1, Padahal Negara IniSaja Sudah Siapkan Vaksin Booster Kedua

(*)

Artikel Terkait