Intisari - Online.com -Media pemerintah Korea Utaramengecam Presiden AS Joe Biden Sabtu kemarin, menyebut "kepikunannya" dan mendiagnosa sebuah masalah "dalam kepintarannya."
Hal ini terkait dengan sanksi AS untuk Rusia yang dikatakan Korut akan menyerang AS lagi nantinya dan Washington hanya akan menjadi "pecundang terakhir" di panggung dunia.
Dengan menuduh Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina, AS berupaya untuk menjatuhkan Rusia dan "mencapai keruntuhan rezimnya," tulis artikel di KCNA tersebut.
"Hal ini mengingatkan pada ungkapan 'pihak bersalah menyatakan tuntutan terlebih dahulu'," lanjutan artikel tersebut, sebelum menuduh pembunuhan "tanpa ampun" oleh AS membunuh "jutaan warga tak bersalah di Afghanistan, Irak, dan Yugoslavia.
Baru-baru ini, Kyiv dan pendukung Barat telah menyuarakan tuduhan "kejahatan perang" melawan Rusia, ketika mereka menuduh tentara-tentaranya membunuh sejumlah warga sipil di kota Bucha.
Moskow telah terang-terangan menyangkal tuduhan itu, mengklaim alih-alih bahwa bukti dimanipulasi Ukraina sebagai bagian dari kampanye propaganda.
Kremlin telah meminta penyelidikan PBB atas insiden itu.
Presiden Biden telah menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai "kriminal perang" yang tidak bisa mempertahankan kekuasaan bahkan sebelum insiden di Bucha.
"Menyebut kepala negara berdaulat sebagai 'penjahat perang' dan seorang 'diktator pembunuh' untuk alasan yang tidak bisa dibenarkan dan dikonfirmasi… adalah sebuah hinaan kepada negara lain dan jelas-jelas pelanggaran kedaulatan," lanjut artikel tersebut.
"Pernyataan ceroboh hanya bisa dibuat oleh keturunan Yankee, ahli dalam agresi dan pengembangan plot."
"Mungkin, masalah disebabkan karena dia membaca sebuah naskah yang disiapkan sebelumnya oleh ajudannya," lanjut artikel tersebut.
"Jika tidak, kesimpulannnya bisa jadi bahwa ada masalah dalam kepintarannya dan pernyataannya hanyalah bentuk dari pendapat pria tua yang pikun."
Argumen seperti ini telah lama dibuat oleh musuh-musuh Biden di AS, yang menunjuk pada sejarah kesalahan verbal Biden yang berusia 79 tahun itu, dan kebingungannya yang tampak sebagai bukti penurunan kemampuan kognitif.
“Tampaknya suram adalah masa depan AS dengan orang yang begitu lemah dalam kekuasaannya,” lanjut artikel tersebut.
Selanjutnya artikel itu mengatakan bahwa sanksi AS pada Rusia hanya akan menyakiti AS.
Komentator di AS dan Eropa telah menyuarakan kekhawatiran serupa, di tengah catatan harga energi yang melonjak tinggi dan inflasi tingkat tinggi multi-dekade di kedua negara.
Pejabat-pejabat Korea Utara dan penulis artikel ini telah lama punya sejarah menyerang presiden-presiden sebelum Biden, dengan Donald Trump sebelumnya dipanggil "dotard" (pikun karena tua), Barack Obama sebagai "kera hitam gila," dan George W. Bush sebagai "musuh utama dan pria setengah matang."
Kebijakan AS memberi sanksi kepada musuh-musuhnya telah selalu menjadi target kritik dari Pyongyang. Korea Utara sendiri telah secara ekstensif disanksi oleh AS, Uni Eropa, dan PBB, terutama karena program nuklir mereka.