Tradisi ini, yang dikenal sebagai midfa al iftar, dikatakan telah dimulai di Mesir lebih dari 200 tahun yang lalu, ketika negara itu diperintah oleh penguasa Ottoman Khosh Qadam.
Saat menguji meriam baru saat matahari terbenam, Qadam secara tidak sengaja menembakkannya, dan suara yang bergema di seluruh Kairo mendorong banyak warga sipil untuk berasumsi bahwa ini adalah cara baru untuk menandakan akhir puasa.
Banyak yang berterima kasih atas inovasinya, dan putrinya, Haja Fatma, mendesaknya untuk menjadikan ini tradisi.
Praktik ini menyebar ke banyak negara di Timur Tengah termasuk Lebanon, di mana meriam digunakan oleh Ottoman untuk menandai buka puasa di seluruh negeri.
Baca Juga: Ramadhan Berapa Hari Lagi? Beginilah Penjelasan Pemerintah Lewat Kemenag
Baca Juga: Ramadhan 2022 Berapa Hari Lagi? Berikut Jadwal Puasa dan Idul Fitri Berikut Ini
Tradisi itu dikhawatirkan hilang pada 1983 setelah invasi yang berujung penyitaan beberapa meriam, yang kemudian dianggap senjata.
Tapi itu dihidupkan kembali oleh Tentara Lebanon setelah perang dan berlanjut hingga hari ini, membangkitkan nostalgia di antara generasi yang lebih tua yang dapat mengingat Ramadhan masa kecil mereka.
Seheriwalas umumkan sahur di India
Seheriwalas (atau zohridaars) Delhi adalah bagian dari tradisi Muslim yang telah bertahan dalam ujian waktu dan mewakili budaya dan warisan Mughal lama di kota itu.
Selama bulan suci Ramadhan, para seheriwala berjalan di jalan-jalan kota pada dini hari, meneriakkan nama Allah dan Nabi, sebagai panggilan bangun bagi umat Islam untuk sahur.
Praktek berabad-abad ini masih dilakukan di beberapa bagian Old Delhi, khususnya di lingkungan dengan populasi Muslim yang tinggi.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR