Intisari-Online.com - Amerika Serikat (AS) dan NATO menjadi pihak yang terus mengecam serangan militer Rusia ke Ukraina.
Sementara itu, sejak situasi Rusia-Ukraina memanas, respon China selalu selalu mendapatkan sorotan dari dunia internasional.
Apakah China akan ikut mengecam Rusia seperti banyak negara lain atau membela Rusia sebagai sekutunya.
Dengan China abstain dalam pemungutan suara di Sidang Umum PBB, Rabu (2/3/2022), yang mengecam invasi Rusia ke Ukraina, juga memunculkan berbagai komentar dari para ahli.
Meski peran AS dan China yang banyak mendapat sorotan, rupanya bukan dua negara ini yang disebut dapat membantu mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.
Melansir 24h.vn.com (9/3/2022), Disebut ada negara dengan status khusus, yang memiliki kekuatan militer terbesar kedua di NATO dan mengendalikan rute masuk dan keluar dari Laut Hitam, yang bisa memiliki suara dalam mengakhiri konflik.
Ini juga satu-satunya negara anggota NATO yang pernah memiliki konflik langsung dengan Rusia, ketika menembak jatuh sebuah jet tempur Rusia pada tahun 2015.
Negara ini juga merupakan sekutu AS dan Barat, tetapi memiliki hubungan dekat dengan Rusia, sambil menjual senjata ke Ukraina.
Negara tersebut adalah Turki. Negara ini berada di tengah konflik dan persaingan sengit antara kekuatan besar, menurut ABC News.
Menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Ankara dapat memainkan peran kunci dalam mengakhiri konflik.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR