Intisari-Online.com – Menurut mitos, Midas adalah raja Frigia di Asia Kecil yang terkenal dengan kekayaannya tetapi selalu menginginkan lebih banyak.
Dalam beberapa sumber kuno, Midas atau leluhurnya memimpin orang-orangnya, Moschia atau Brigia, dari Makedonia kuno melintasi Hellespont dan masuk ke Asia Kecil.
Saat masih bayi, kekayaan Midas yang besar diprediksi oleh semut yang meninggalkan tumpukan besar biji-bijian gandum di sisi buaiannya.
Saat remaja, Midas disebut telah dibimbing oleh Orpheus, pemain kecapi yang hebat.
Suatu hari, raja sedang mengembara di taman mawarnya yang terkenal ketika dia bertemu dengan seorang satir yang mabuk.
Satir itu adalah Silenus yang terkenal dengan kebijaksanaannya tetapi pada kesempatan khusus ini dia mabuk berat.
Midas membantunya menjernihkan pikiran, memberi makan, dan kemudian mengembalikan Silenus kepada Dionysos, dewa anggur dan kegembiraan Yunani.
Namun, dalam versi lain dikisahkan bahwa Midas telah membius Silenus dengan mencemari kolam di kebun tempat satir itu minum.
Midas berharap untuk menangkap Silenus dan mengekstrak semua pengetahuan yang terkenal darinya.
Dalam versi lain lagi, dikisahkan Silenus dengan lembut ditangkap oleh anak buah Midas, yang mengikat karangan bunga mawar ke anggota tubuhnya.
Dibawa ke hadapan raja, satir itu menghibur Midas selama lima hari lima malam dengan cerita-cerita dari negeri-negeri eksotis jauh di seberang lautan.
Apa pun versinya, Midas cepat atau lambat mengembalikan Silenus ke Dionysus.
Dewa yang bersyukur itu kemudian menghadiahi Midas dengan memberinya satu permintaan.
Raja memberikan jawaban yang agak cerdik, bahwa dia ingin memiliki kemampuan untuk mengubah apa pun yang disentuhnya menjadi emas murni.
Ternyata, Midas agak terlalu pintar, dalam perjalanan pulang ke istananya, dia menguji keterampilan barunya itu dan senang melihat bagaimana dia bisa mengubah cabang, batu, bahkan potongan tanah menjadi bongkahan emas berkilauan yang fantastis.
Bahkan bunga dan buah yang disentuh oleh raja yang serakah itu, langsung berubah menjadi emas.
Namun, konsekuensinya menjadi jelas, ketika Midas mencoba menaiki kudanya, kuda itu pun berubah menjadi emas yang dingin dan tak bernyawa.
Saat mencapai istananya, jubah emas raja menyapu pilar-pilar pintu saat dia melewatinya dan itu pun langsung menjadi emas.
Situasi berubah menjadi tidak menyenangkan ketika meminta makan malam, raja berusaha mencuci tangannya pada semangkuk air.
Begitu jari-jarinya masuk ke ari, itu juta berubah menjadi emas murni.
Makanan dan minuman yang disentuh Midas berubah menjadi emas, yang membuat Midas akhirnya bisa mati karena kelaparan.
Menahan lapar dan lelah, Midas berbaring untuk tidur, tetapi dia tidak menemukan kenyamanan karena bantal lembu dan seprai pun berubah menjadi emas keras dan tidak berperasaan.
Raja Midas segera kembali ke Dionysos dan meminta keterampilan barunya diubah.
Dewa memberi tahu Midas bahwa dia hanya bisa kehilangan kemampuan yang mengganggu itu jika dia mencuci di sumber mata air sungai Pactolus di Lydia, namun tidak begitu muda ditemukan.
Setelah melalui perjalanan sulit, raja akhirnya menemukannya dan dengan rasa syukur melompat ke dalamnya, dan ‘sentuhan midas’ pun berakhir, dia dapat makan dan minum lagi.
Raja Midas sepertinya menjadi raja yang kurang beruntung karena dia mengalami banyak masalah dalam pertemuan lain dengan dewa Yunani, kali ini Apollo, melansir worldhistory.
Midas berhasil menyinggung Apollo ketika dia diminta untuk menilai siapa musisi yang lebih baik, dewa Pan atau Apollo sendiri (dalam mitos versi lain, lawan Apollo adalah Marsyas).
Pan dikreditkan dengan menemukan syrinx atau panpipe yang terbuat dari alang-alang dan terkenal karena kemampuannya memainkan nada di atasnya, tetapi Apollo dianggap sebagai ahli kecapi.
Selain itu, Apollo adalah dewa musik secara umum, dia adalah pemimpin Muses, dan dia adalah dewa yang jauh lebih penting daripada Pan.
Dengan bodohnya, Raja Midas memilih Pan sebagai pemenangnya.
Apollo yang sangat tidak senang kemudian mengubah telinga raja yang jelas tuli nada menjadi telinga keledai.
Sebagai konsekuensi dari sepasang telinganya yang tidak biasa, raja yang bodoh itu terpaksa bersembunyi di istananya dan selalu mengenakan sorban atau topi Frigia.
Hanya tukang cukur raja yang tahu rahasia telinga Midas, yang diintimidasi dan diancam untuk bersumpah tidak akan pernah mengungkapkan rahasianya, tetapi ini terbukti tidak mungkin.
Setiap kali tukang cukur itu ingin memberi tahu seseorang, dia menggali lubang di tanah di tepi sungan dan berbisik ke dalamnya, ‘Midas punya telinga keledai’.
Namun, dari tempat itu tumbuh alang-alang, dan setiap kali angin bertiup, mereka akan selamanya melafalkan ‘Midas punya telinga keledai’.
Ketika raja mengetahui bahwa sekarang semua orang tahu tentang kelainan bentuk tubuhnya, dia terlebih dahulu membunuh tukang cukur dan kemudian bunuh diri dengan meminum darah banteng.
Kisah ini merupakan peringatan bagi semua manusia, mungkin, untuk tidak pernah ikut campur dalam urusan para dewa.
Baca Juga: Inilah Pandora, Wanita Cantik 'Penyebab' Keonaran dalam Mitologi Yunani yang Sebabkan Manusia Punah