Kisah Kematian Tragis Ratu Thailand Sunandha Kumariratana dan Putrinya, Keduanya Tewas Tenggelam Tapi Pelayannya Hanya Berdiri Menonton Tanpa Menolongnya

Tatik Ariyani

Editor

Peringatan Ratu Sunanda Kumariratana
Peringatan Ratu Sunanda Kumariratana

Intisari-Online.com - Kematian Ratu Thailand Sunandha Kumariratana merupakan salah satukisah kematian yangtragis dalam sejarah.

Ratu Sunandha adalahistri pertama dari tiga istri Raja Siam Chulalongkorn dari kerajaan di Thailand, seperti dilansir dari The Vintage News.

Dia dikenal karena memperkenalkan beberapa reformasi progresif dalam kerajaannya, seperti menghapus perbudakan.

Saat kematiannya, Ratu Sunandha Kumariratana sudah memiliki satu anak perempuan dan sedang mengandung anak lagi.

Pada Mei 1880, ketika, Sunandha sedang dalam perjalanan ke kediaman musim panas Bang Pa-In yang berlimpah di keluarga kerajaan, di luar Bangkok.

Saat itu Sunandha baru berusia 19 tahun.

Dia ditemani oleh Putri Karnabhorn Bejraratana, yang bahkan usianya belum genap dua tahun, dan sekelompok penjaga dan pelayan.

Namun untuk mencapai istana diperlukan penyeberangan Sungai Chao Phraya, sungai terbesar di Thailand.

Baca Juga: Simpan 150 Kekasih, Begini Kisah Hidup Ratu Romawi Kuno Valeria Messalina yang Hasratnya Tak Pernah Terpuaskan

Baca Juga: Terinspirasi Pelukan Perpisahan Sepasang Kekasih, Ratu Kerajaan Hawaii Liliuokalani Ini Ciptakan Lagu yang Sekarang Jadi Lagu Kebangsaan Hawaii

Permaisuri ratu dan sang putri dikawal ke perahu terpisah yang diseret oleh perahu yang lebih besar untuk membawa mereka melintasi sungai.

Nahasnya, kapal kerajaan terbalik dalam arus yang kuat dan Sunandha serta putrinya jatuh ke air.

Ratu Sunandha Kumariratana dan putrinya
Ratu Sunandha Kumariratana dan putrinya

Namun, anehnya tak satu pun dari rombongan kerajaan bergegas untuk membantu mereka.

Padahal, seharusnya mereka bertindak atau mendesak orang lain untuk membantu bangsawan kerajaan yang tenggelam.

Alhasil, Sunandha dan putrinya serta bayi yang dikandungnya tewas, sementara para pelayan hanya berdiri menyaksikan peristiwa nahas itu.

Anda pasti bertanya, bagaimana mungkin para pelayan itu hanya menyaksikan ratu mereka tenggelam tanpa berbuat apapun?

Jawabannya adalah, karena mereka mematuhi hukum lama dan kaku di Thailand.

Hukum tersebut tidak mengizinkan orang biasa menyentuh anggota kerajaan.

Baca Juga: 'Dosa' Masa Lalu ini Bikin Karier Kang Dong Won Sang Aktor Senior Korea Selatan Kini Meredup, Apa Salahnya?

Baca Juga: Cek Kalender Bulan Februari 2022, Besok Peringatan Hari Gizi Nasional, Ini Hari Peringatan Nasional dan Internasional Lainnya

Orang yang melanggar hukum tersebut bisa dihukum mati.

Menurut Misfit History, selain hukum, setiap maksud untuk membantu menyelamatkan hidup sang ratu bisa saja hilang seketika karena kepercayaan takhayul juga.

Diduga, menyelamatkan seseorang yang sedang tenggelam di sungai dikaitkan dengan kemalangan.

Jika seseorang menawarkan bantuan kepada orang itu berarti ikut campur dengan roh-roh yang hidup di air.

Krematorium Kerajaan Sunandha Kumariratana 1881
Krematorium Kerajaan Sunandha Kumariratana 1881

Setelah kejadian tersebut, Raja Chulalongkorn kemudian memenjarakan petugas yang tidak memberikan perintah untuk mencoba menyelamatkan.

Raja sangat berduka atas kematian istrinya, yang dikatakan orang yang paling dicintainya. Prosesi penguburan yang diatur untuk ratu mungkin pemakaman paling mahal dalam sejarah kerajaan di Asiatersebut.

Di halaman belakang istana, raja menempatkan peringatan untuk Sunandha Kumariratana dan anak-anak sebagai pengingat akan keadaan luar biasa yang mengakhiri hidup mereka terlalu cepat.

Baca Juga: Sampai Netizen Indonesia Geger Bikin Berbagai Teori Tentang Konflik Rusia-Ukraina, Jurnalis Luar Negeri Ini Beberkan Mana Saja Foto dan Video Hoax Konflik Rusia-Ukraina yang Beredar di Internet

Artikel Terkait