Saat menikah Suwardi berusia 18 tahun dan Sutartinah 17. Mengingat kedua mempelai masih belia, oleh Penghulu Agama Paku Alaman pernikahan itu hanya disahkan sebagai nikah gantung.
Baca juga: Hari Guru: Terlahir sebagai Raden Mas Suwardi Suryaningrat, dari Mana Nama Ki Hajar Dewantara?
Suwardi dan Sutartinah belum diperkenankan berkumpul sebagai suami-istri. Setelah itu mereka kembali hidup masing-masing, Sutartinah mengajar, sedang Suwardi meneruskan kuliahnya di STOVIA.
Perkawinan baru benar-benar diresmikan akhir Agustus 1913, tak lama sebelum mereka bersama-sama berangkat ke Negeri Belanda.
Karenanya, perjalanan ke tanah pembuangan ini sekaligus menjadi masa bulan madu bagi pasangan pengantin baru Suwardi dan Sutartinah, yang sampai akhir hayat terus bahu-membahu memperjuangkan nasib bangsa Indonesia.
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 1989)
Baca juga: Pendidikan Finlandia Terbaik di Dunia, Ajaran Ki Hadjar Dewantara Diadopsi di Sana
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR