Setelah berhasil menaklukkan sirkuit di Benua Asia dan Benua Eropa, kini Rifat mencicipi sirkuit di Benua Merah, julukan untuk Benua Amerika. Selasa, 23 April 2013, Rifat meninggalkan Tanah Air untuk mengikuti lima seri di ajang Rally America. Mei sampai Oktober 2013, Rifat akan bertarung melawan pereli kelas dunia.
Untuk masalah navigator, Rifat tidak sungkan bertanya kepada orang lain. “Jangan pernah malu untuk bertanya,” kata Rifat. Dia berusaha mendapatkan tim yang sudah berpengalaman dan mengenal sirkuit di Amerika. Dengan proses yang cukup panjang, akhirnya, Rifat berhasil mendapatkan Marshall Clarke sebagai navigator.
Rally America memiliki keistimewaan sendiri di mata Rifat karena karakter kompetisinya beda dengan reli lainnya. “Saya bisa bertemu orang baru, lingkungan baru, peraturan reli yang baru, dan dalam kebaruan itu saya banyak menggali pengalaman,” Kata Rifat.
Meski Rally America bukan reli tingkat dunia, namun “Ini ajang sangat bergengsi dari sisi motorsport karena pembalap-pembalap dunia ada di situ,” kata Rifat. Rifat ingin terlibat di Rally America untuk menorehkan sejarah. “Saya harus berbuat sesuatu yang baru untuk menjadi sejarah bagi Indonesia. Karena dengan sejarah itu, mereka akan ingat bahwa Indonesia pernah bergabung di Rally America,” demikian ujar pria kelahiran Jakarta, 22 Oktober 1978 ini.
Jika sudah berhasil menciptakan sejarah, Rifat juga berharap bisa menjadi panutan bagi orang-orang, terutama masyarakat Indonesia, yang ingin berhasil di dunia motorsport. “Karena dengan jadi trendsetter, bukan malah besar kepala, tetapi harus jadi motivator bagi orang lain,” tuturnya.
Melihat kembali perlakuan tegas orangtuanya pada masa lalu, Rifat mengucapkan syukur. Ia berandai-andai, kalau saja dulu orangtua memanjakannya, ia tak akan menjadi seperti sekarang ini. Tapi, ia mengaku belum merasa menjadi siapa-siapa. Oleh karena itu, ia selalu berusaha untuk rendah hati dan terbuka ketika bertemu siapa pun.
(Tulisan tentang seorang anak muda yang menginspirasi, Rifat Sungkar; Mimpi Anak Bangsa di Benua Merah, ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 2013 dan ditulis oleh Birgitta Ajeng. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi. )
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR