Bagi Muti, Olahraga Tak Harus Terhenti Karena Kanker Payudara

YDS Agus S.

Penulis

Bagi Muti, Olahraga Tak Harus Terhenti Karena Kanker Payudara
Bagi Muti, Olahraga Tak Harus Terhenti Karena Kanker Payudara

Intisari-Online.com - Madelina Mutia (48) yang akrab dipanggil Muti didiagnosis kanker payudara pada April 2010. Mengikuti saran dokter, ia menjalani operasi pengangkatan tumor dan payudara. Setelah itu dilanjut dengan kemoterapi selama delapan kali dan radioterapi 25 kali. Semua treatment itu selesai pada Maret 2011.

Pada saat menjalani kemoterapi, praktis kegiatan yg memerlukan kekuatan fisik seperti olahraga berhenti. "Stamina dan kondisi tubuh yg lumayan lemah kurang memungkinkan untuk berolahraga. Begitu juga saat radioterapi, karena sebisa mungkin tidak berkeringat untuk area yg di-radiasi," jelas Muti.

Setelah selesai redioterapi, Muti mulai berkenalan dengan yoga. Sebelum terkena kanker olahraga yang dilakoni Muti adalah pilates dan renang. Muti memilih yoga karena jenis olahraga ini tidak untuk berkompetisi, namun masih menyisakan ruang untuk "menantang" diri sendiri. Dari gerakan yang amat sangat ringan, perlahan dengan latihan rutin akhirnya Muti merasa cocok dengan olahraga ini.

Muti mengakui bahwa dirinya tak butuh waktu lama untuk kembali aktif seperti saat ini. Kendala yang dihadapinya adalah nyeri-nyeri pada persendian atau tulang. Efek pascakemoterapi. "Spirit dan pikiran positif amat diperlukan untuk melawan rasa tidak nyaman tersebut hingga akhirnya tubuh perlahan mulai menyesuaikan dengan ritme kegiatan fisik yang saya latih atau jalani."

Olahraga lari akhirnya menarik perhatiannya. "Saya mulai menekuni lari sekitar bulan April tauhn ini. Mulai dari jalan santai, jalan cepat, lalu ingin mencoba berlari, ternyata mampu. Efek pascalari di tubuh enak sekali. Segar!"

Penelitian di Macmillan Cancer Support, Inggris, memang menunjukkan bahwa olahraga bisa mengurangi risiko kematian akibat kanker dan menurunkan efek samping dari terapi pengobatan yang dilakukan seperti kelelahan atau kegemukan.

Menurut peneliti, olahraga bisa mengurangi dampak dari efek samping, seperti pembengkakan, kecemasan, depresi, kelelahan, dan perubahan berat badan. Penelitian juga menemukan, latihan yang cukup dapat mencegah terjadinya kekambuhan dari beberapa kanker tertentu.

Misalnya saja wanita dengan kanker payudara yang berolahraga selama 150 menit seminggu dalam intensitas sedang memiliki risiko kematian dan kekambuhan penyakit 40 persen lebih kecil dibandingkan dengan wanita yang waktu olahraganya kurang dari satu jam seminggu.

Sementara itu pada pasien kanker perut, risiko kematiannya bisa dipangkas hingga 50 persen dengan melakukan olahraga intensitas sedang 6 jam setiap minggunya.

Meski begitu, perlu dicatat bahwa hasil penelitian ini tidak bisa bersifat umum karena setiap pasien kanker berbeda. Karena itu program rehabilitasi dan aktivitas pasien kanker harus disesuaikan dengan kekuatan individu.