'1984' dan 'A Brave New World': Saat Masyarakat Berada di Bawah Kendali Penuh Perusahaan, Birokrasi, dan Teknologi (2)

Bramantyo Indirawan

Editor

'1984' dan 'A Brave New World': Saat Masyarakat Berada di Bawah Kendali Penuh Perusahaan, Birokrasi, dan Teknologi (2)
'1984' dan 'A Brave New World': Saat Masyarakat Berada di Bawah Kendali Penuh Perusahaan, Birokrasi, dan Teknologi (2)

Intisari-Online.com – Apabila utopia adalah tempat atau kondisi sempurna secara ideal dalam hal politik, hukum, norma, dan kondisi, distopia menggambarkan masa depan dengan pengontrolan masyarakat yang diatur oleh perusahaan, birokrasi, teknologi, moral, atau kontrol totaliterian.

1984 karya George Orwell dan A Brave New World karya Aldous Huxley menjadi karya fiksi yang mengkritisi serta memprediksi sebuah sistem, pemerintahan, dan kondisi masyarakat distopia dengan bentuknya masing-masing. Melanjutkan artikel sebelumnya berikut adalah perbandingan distopia oleh kedua karya fiksi yang tidak lekang oleh waktu:

3. Kebenaran

Orwell mengatakan bahwa kebenaran akan dirahasiakan, dijaga, disamarkan dari kita. Seperti penyebaran informasi, kontrol pemerintahan berperan dalam pemilahan informasi yang disajikan oleh kita. Sekali lagi, pemerintahan otoriter dan totaliter baik langsung atau tidak langsung memiliki ciri khas ini dalam penerapan bernegaranya.

Sedangkan Huxley dalam bukunya menceritakan bahwa kebenaran akan hilang akibat banyaknya pemberitaan yang tidak penting atau relevan. Informasi penting seakan tenggelam dengan hadirnya isu dan pengalihan yang tidak penting.

Dalam melihat dunia kita sekarang, berita-berita selebritis, gosip, dan hiburan yang menjauhkan kita dari informasi penting kerap muncul. Akhirnya informasi itu mengalihkan perhatian kita untuk ssuatu informasi yang lebih penting.

4. Kebudayaan masyarakat

Orwell berpikir bahwa manusia akan mencapai budaya dimana kita terperangkap atau terpenjara. Dikekang oleh pihak yang lebih kuat, warga tunduk pada negara dan pemerintahan yang mengaturnya.

Sedangkan Huxley menganggap bahwa kita akan memiliki budaya trivial atau sepele. Dengan hiburan, informasi tidak relevan, dan segala hal yang memiliki nilai rendah menyebar tanpa batas maka kebudayaan yang memiliki penurunan nilai dan moral terlihat.

5. Kontrol

Orwell menekenakan di 1984 bahwa orang dikontrol melalui rasa sakit. Militersme dan pengekangan kesenangan menjadi salah satu kondisi dialam distopia yang ia buat. Sedangkan Huxley beranggapan di bukunya bahwa masyarakat terkontrol melalui kesenangan mereka seperti hiburan.

Pada dasarnya Orwell melihat bahwa rasa benci akan merusak masyarakat sedangkan Huxley melihat rasa senang yang akan merusaknya. Kejadian dan refleksi kenyataan tentu saja bisa terlihat dalam beberapa poin dan aspek. Lantas distopia mana yang lebih signifikan dengan jaman kita? Mana yang lebih mengerikan? Hancur karena rasa benci atau rasa senang?