Bukan Karena Kurangnya Teknologi, Kemampuan Manusia ke Ruang Angkasa, Rupanya Masalah Terbesar Untuk Hidup di Ruang Angkasa Hanya Karena Masalah Sepele Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Adegan saat astronot Mark Watney mencoba bertahan di Planet Mars.
Adegan saat astronot Mark Watney mencoba bertahan di Planet Mars.

Intisati-online.com - Kemampuan umat manusia untuk menjajaki ruang angkasa tampaknya bukanlah hal yang mustahil.

Perkembangan teknologi saat ini telah membuat banyak orang bisa menjajaki ruang angkasa dengan mudahnya.

Namun, ada satu masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini.

Menurut Charles Cockell, seorang profesor astronomi di University of Edinburgh (UK) berpikir bahwa manusia pertama yang meninggalkan Bumi untuk menjajah planet lain di luar angkasa.

Baca Juga: Saling Pepet di Luar Angkasa,China Mencak-mencak Begitu Tahu Satelit Luar Angkasa Elon Musk Kepergok Lakukan Hal Ini pada Pesawat Ruang Angkasa China

Tentu saja akan menghadapi tantangan terbesar dan paling mendasar yaitu makanan.

Jika masalah penting ini tidak dapat diselesaikan, "penjajah luar angkasa" tidak akan punya pilihan selain memakan satu sama lain untuk bertahan hidup.

"Penyakit, kekurangan makanan, air, dan ketidakmampuan untuk mandiri adalah tantangan terbesar yang dihadapi setiap eksplorasi ruang angkasa," kata Cockell.

Menurut para astronom, manusia belum bisa menginjakkan kaki di sebagian besar planet di tata surya karena lingkungan di sana terlalu keras.

Baca Juga: Terongok di Gudang Penuh Debu, Ternyata Uni Soviet Sebenernya Punya Proyek Pesawat Super Canggih Ini, Namun Berhenti Karena Biayanya Setara Membangun Kota Untuk 10 Juta Manusia

Jika manusia ingin menjajah ruang angkasa, manusia dapat memulai dengan lokasi yang lebih memungkinkan seperti bulan Jupiter Callisto dan Titan, satelit alami terbesar Saturnus.

Di 2 destinasi ini, jika para astronot mengalami kesulitan makanan, mereka dapat dengan mudah meminta bantuan di Bumi.

Tentu saja itulah yang akan terjadi di masa depan, ketika orang-orang membuat lebih banyak kemajuan di luar angkasa.

"Pada tahun 1845, John Franklin memimpin kru pelaut dalam ekspedisi ke Kutub Utara. Mereka membawa banyak makanan kaleng," kata Cockell.

"Itu adalah teknologi pengawetan makanan baru pada saat itu. Namun, mereka tersesat, terjebak dan saling memakan karena sangat lapar," jels Cockell.

Menurut Cockell,orang bisamengalami "kemerosotan tercepat dalam moralitas dan kemanusiaan" ketika berada di lingkungan yang keras, terutama di luar angkasa, di mana mudah untuk merasa kesepian dan sempit.

Baca Juga: Kapergok Punya Senjata yang Bisa Mengelilingi Bumi dan Mengancam Seluruh Dunia, China Malah Ungkap Bahwa Rudal Itu Sama Sekali Tidak Berbahaya, Ini Alasannya!

"Tidak hanya membawa banyak cadangan makanan, salah satu hal pertama yang harus dilakukan ketika menjajah planet lain adalah menemukan cara untuk membangun sistem pertanian, untuk menghasilkan makanan sendiri," katanya.

"Itu adalah pekerjaan yang sangat sulit dan kita tidak boleh terlalu terburu-buru mencari cara untuk meninggalkan Bumi," kata Cockel.

Senada dengan Profesor Cockel, Dr Cameron Smith, ahli teknologi luar angkasa Inggris, mengatakan bahwa, selain kekurangan makanan, "penjajah ruang angkasa" juga dapat menghadapi risiko terinfeksi penyakit aneh.

"Pada saat itu, beberapa individu harus memisahkan diri dari kelompok untuk mengasingkan diri, menghindari penyebaran dan situasi menjadi lebih berbahaya," kata Smith.

Profesor Cockell percaya bahwa, dalam waktu sekitar 30-40 tahun, manusia akan memiliki teknologi yang cukup untuk menjajah Mars.

Dr Smith kurang optimis, menurutnya hingga akhir abad ke-21, umat manusia akan mampu melakukan itu.

Artikel Terkait