P
Intisari-online.com - Sebelumnya, diwartakan Kompas mengutip Washington Post, Rusia kirim 175.000 tentaranya ke perbatasan Ukraina.
Kabar tersebut disampaikan oleh intelijen Amerika, dalam sebuah dokumen intelijen.
Dalam laporan dari salah satu surat kabat itu, Rusia hendak menyerang Ukraina paling cepat awal tahun depan.
Rencana itu melibatkan 100 batalion taktis dengan perkiraan 175.000 personel.
Anadolu Agency, melaporkan peralatan militer dan berbagai kendaraan lapis baja juga dikerahkan oleh Rusia.
Dokumen itu mengatakan, Rusia telah menyebar pasukannya ke empat lokasi.
Hal ini juga diamini oleh Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksiy Reznikov, yang mengatakan hampir 94.000 tentara Rusia dikerahkan ke perbatasan Ukraina.
Akan tetapi, laporan terbaru justru mengatakan Rusia menarikpuluhan ribu pasukannya dari perbatasan Ukraina baru-baru ini.
Menurut Reuters, lebih dari 10.000 tentara Rusia telah meninggalkan pangkalan mereka di dekat perbatasan Ukraina, termasuk di Krimea, Rostov dan wilayah Kuban, untuk kembali ke pangkalan mereka.
Reuters mengutip sumber dari kantor berita Interfax Rusia.
"Pelatihan tempur gabungan divisi, kru tempur, dan regu di unit bermotor telah selesai. Lebih dari 10.000 prajurit akan berbaris kembali ke pangkalan permanen mereka," kata militer mengutip Interfax.
Ini adalah perkembangan terakhir dalam konteks ketegangan Rusia-Ukraina yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengumumkan bahwa dia terbuka untuk penggunaan kekuatan.
Putin juga menegaskan sikapnya bahwa dia tidak menerima Ukraina untuk beralih ke Barat, mengingat kehadiran senjata Amerika di Ukraina sebagai ancaman bagi keamanan nasional Rusia.
Langkah Rusia untuk menarik pasukannya mungkin ditujukan untuk menunjukkan kesungguhan, mempersiapkan pembicaraan Rusia-AS yang dijadwalkan berlangsung bulan depan di Jenewa, Swiss.
Sejak November, Rusia telah memobilisasi puluhan ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina ke segala arah.
Hal ini membuat Barat khawatir akan serangan yang bisa terjadi kapan saja.
Intelijen AS memperkirakan bahwa Rusia memiliki hingga 175.000 tentara di perbatasan. Sementara itu, Rusia bersikeras memiliki hak untuk mengirim pasukan ke mana saja di dalam wilayahnya.
AS dan Barat sejauh ini belum menanggapi tawaran Rusia untuk meredakan ketegangan.
Rusia ingin menandatangani dokumen yang mengikat "karena tidak lagi percaya pada janji-janji Barat".