Intisari-Online.com - Berkumpulnya pasukan Rusia di perbatasan Ukraina telahmemicu kekhawatiran internasional.
Ini karena mereka khawatir situasi di Rusia itu memicu invasi baru.
Namun rupanya itu bukanlah satu-satunya alasan.
Sebab Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin juga mengincar negara lain selain Ukraina.
BenarkahPresiden Rusia Vladimir Putinhanya menggunakan Ukraina sebagai awal serangan?
Pada hari Selasa, Kepala Staf Pertahanan Inggris, Laksamana Sir Tony Radakin, mengatakan negara lain harus siap menghadapi skenario terburuk.
Salah satunyaskenario terburuk dalam hal invasi skala penuh yang akan terjadi di Eropa sejak Perang Dunia 2.
Sebab menurut beberapa analis, negara-negara anggota Uni Eropa yang bukan anggota aliansi militer NATO juga sangat rentan terhadap invasi Rusia.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Rabu (15/12/2021), ini berarti Austria, Siprus, Finlandia, Irlandia, Malta, dan Swedia semuanya bisa masuk dalam daftar kemungkinan target Rusia.
Dari 6 negara itu, Finlandia dan Swedia diyakini menjadi yang sangat rentan.
Mikheil Saakashvili, mantan Presiden Georgia dan ketua Dewan Reformasi Nasional Ukraina saat ini, meramalkan hal ini pada 2019.
Pada saat itu dia yakin bahwa target Putin berikutnya kemungkinan besar adalah negara non-NATO di UE.
Dugaan itu kemungkinan besar terjadi daripada invasiRusia ke Ukraina.
"Saya tidak tahu ini beruntung atau tidak. Tapi saya mengenal Putin lebih baik daripada kebanyakan orang," kata Saakashvili.
"Berdasarkan pengetahuan langsung ini, saya memprediksi arah eskalasi yang berbeda."
Saakashvili adalah Presiden Georgia yang menjabat ketika Rusia menginvasi pada 2008.
Namun perang antara kedua negara yang tidak pernah benar-benar berakhir.
Ini karenaserangan lebih lanjut di Ukraina atau Georgia tidak akan banyak membantu untuk memperkuat posisi Putin.
Sebaliknya, dia berkata: "Target Rusia yang paling mungkin dalam waktu dekat adalah Finlandia atau Swedia."
"Meskipun keduanya adalah anggota UE, namun mereka bukan anggota NATO."
"Dengan menyerang negara non-NATO, Putin tidak mengambil risiko respons proporsional sesuai dengan Pasal 5."
Pasal 5 itu tentang klausul pertahanan kolektif NATO yang menyatakan bahwa jika ada anggota NATO yang diserang, itu akan dianggap sebagai serangan terhadap semua dan semua anggota NATO akan membalas.
Tapi jika benar Rusiamenargetkan negara Eropa, maka bukankah negara Eropa lainnya akan membalas?
"Itu tidak sesederhana yang kita pikir," jelasSaakashvili.
Jika serangan di tanah Eropa terjadi, ada kemungkinan bahwa anggota NATO akan menawarkan bantuan kepada non-anggota NATO.
Meskipun bantuan itu mungkin ada batasnya.
Terakhir,Saakashvili menegaskan bahwa jika Rusia menyerang Finladia dan Swedia, makaserangan seperti ini mungkin tidak cukup untuk memicu NATO berperang.
Tetapi masih akan bermanfaat bagi Rusia karena menunjukkan bahwa Putin telah menginvasi Barat.