Intisari-Online.com - Mumi bukan hanya ditemukan di Mesir saja, beberapa ditemukan di negara lain seperti Chili.
Melansir sciencealert.com, sejak awal 1900-an, hampir 300 mumi manusia telah ditemukan di sepanjang pantai Peru selatan dan Chili utara, termasuk orang dewasa, anak-anak, bayi, dan janin yang mengalami keguguran.
Beberapa dari mumi-mumi itu rupanya berasal dari tahun 5050 SM, ini cukup mengejutkan karena artinya lebih tua dari yang ditemukan di Mesir.
Mumi yang ditemukan di Chili itu pun hingga saat ini dianggap sebagai mumi tertua di dunia.
Mereka dibuat oleh sekelompok pemburu-pengumpul yang dikenal sebagai orang-orang Chinchorro, yang memumikan orang mati kira-kira 2.000 tahun sebelum orang Mesir kuno mulai membuat mumi firaun mereka.
"Tanggal yang kami miliki untuk mayat-mayat itu berasal dari 7.000 tahun yang lalu ...
"jadi mereka memiliki lebih banyak kekunoan relatif dalam hal pekerjaan yang disengaja pada tubuh manusia daripada yang ditemukan di Mesir," kata Sergio Medina Parra, antropolog dan kepala departemen di Universitas Tarapaca di Chili, mengatakan kepada Reuters (2016).
Selain itu, berbeda dengan yang dilakukan orang Mesir, orang Chinchorros tampaknya membuat mumi hampir untuk semua orang, tua atau muda, berbeda dari Mesir yang membuatnya hanya untuk elit.
Tetapi, mumi tersebut sempat terancam hancur dengan mengalami perubahan yang membuat para peneliti bingung.
Kumpulan sisa-sisa mumi manusia yang ditemukan di Chili utara itu berubah menjadi lendir hitam karena tingkat kelembapan yang meningkat.
Para peneliti bingung bagaimana cara menghentikannya.
Dilaporkan sciencealert.com (25/8/2018), lebih dari 100 mumi tersebut mulai berubah menjadi seperti agar-agar, di mana pejabat lokal telah mengajukan permohonan ke badan budaya PBB, UNESCO, agar mumi-mumi tersebut diakui sebagai situs warisan dunia.
Para peneliti berharap bahwa perhatian yang meningkat dari komunitas internasional akan membantu mereka menemukan solusi untuk mengatasi lendir hitam tersebut.
Lapisan hitam atau Goo dianggap sebagai hasil koloni bakteri yang tumbuh subur di kulit mumi.
"Aplikasi (permohonan) itu sendiri bukanlah tujuan, tetapi awal dari proses peningkatan alat konservasi, dengan negara Chili dan komunitas internasional," Medina Parra.
"Kami tahu mumi-mumi itu rusak, tetapi tidak ada yang mengerti mengapa," kata ahli biologi Harvard Ralph Mitchell.
Baca Juga: Penting Bagi Perjuangan Mencapai Kemerdekaan, Ini Makna Sumpah Pemuda Bagi Bangsa Indonesia
"Degradasi semacam ini belum pernah dipelajari sebelumnya," ungkapnya.
Analisis sampel jaringan dari mumi mengungkapkan bahwa mereka dipenuhi bakteri, tetapi itu bukan bakteri purba, mereka adalah jenis yang biasanya hidup di kulit manusia.
"Segera setelah suhu yang tepat dan kelembaban yang tepat muncul, mereka mulai menggunakan kulit sebagai nutrisi," kata Mitchell kepada Live Science.
"Kecuali peneliti lokal dapat menyimpan mumi Chinchorros di bawah kondisi suhu dan kelembaban yang tepat, mikroorganisme asli akan mengunyah orang-orang ini dengan benar," imbuhnya.
Upaya untuk menjadikan mumi Chili masuk daftar warisan PBB membuahkan hasil tahun ini.
Menurut Global Times (28/7/2021), Mumi Chinchorro Chili, yang tertua di dunia, telah ditambahkan ke Daftar Warisan Dunia UNESCO.
Ketika itu, Organisasi budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan di Twitter bahwa mereka telah menambahkan "pemukiman dan mumifikasi buatan dari budaya Chinchorro" ke daftar bergengsinya itu selama pertemuan virtual yang dipimpin oleh China.
"UNESCO memvalidasi di tingkat internasional, melalui para ahli yang berbeda, bahwa pemukiman dan mumifikasi buatan dari budaya Chinchorro memiliki nilai luar biasa, bahwa ia memiliki kepentingan global."
(*)