Intisari-online.com - Belakangan dunia sepak bola tanah air dihebohkan dengan sosok dokter gadungan bernama Elwizan Aminuddin.
Elwizan Aminuddin menjadi dokter yang menangani klub Liga 1 PS Sleman (PSS).
Kedoknya terbongkar lantaran ijazah kedokterannya ternyata palsu, dan tidak terdaftar di aplikasi Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti).
Sementara Elwizan Aminuddin sudah melalang buana menjadi dokter di berbagai klub Indonesia, seperti Madura United, Bali United, dan Barito Putra.
Tak hanya itu, dia juga pernah menangani Timnas Indonesia U-16 dan U-19, yang artinya PSSI pun kebobolan.
Elwizan Aminuddin tidak memiliki ijazah kedokteran terdaftar, dan kini dirinya terancam dipenjara, karena kasus penipuan.
Ternyata selain kasus Elwizan, kisah dokter gadungan bukan hal baru lagi di dunia ini.
Tahun 2014-2015, wanita bernama Zholia Alemi alias dokter gadungan menjadi dokter di Nofold and Suffold Foundation Trust.
Lebih ekstrem dia menjadi dokter selama 22 tahun tanpa ketahuan.
Namun, kedoknya terungkap pada 2019 silam ketika salah satu pasiennya bernama Darren King (31) nyaris celaka, hingga tenggelam di bak mandi selama dirawat Zholia.
Kemudian, dia menolak untuk memenuhi permintaan keluarganya mengenai kapasitasnya sebagai dokter.
Rincian kepalsuannya sebagai dokter akhirnya terkuak, laporNZ Herald.
Alemi pernah dipenjara karena tahun sebelumnya mengaku menjadi psikiater selama lebih dari 20 tahun di Inggris.
Kualifikasi palsu wanita 56 tahun ini ditemukan ketika dia mencoba secara curang mengubah kehendak pasien manula, dengan mangambil alih warisannya pasien senilai 2,4 juta dollar AS (Rp33 miliar).
Kepercayaan yang diberikan kepada Zholia sepenuhnya adalah tanggung jawab National Health Service Foundation.
Karena dia bekerja untuk organisasi itu selama 22 tahun.
Dia bisa bekerja di Inggris setelah dilaporkankarena membeli gelar sarjana bidan dan sarjana kedokteran dari University of Auckland.
Menanggapi hal itu juru bicara Layanan Kesehatan Norfolk dan Suffold (CSMHS) mengatakan, "mengejutkan bahwa dokter palsu bisa meresepkan obat untuk 164 pasien."
"Sekarang adalah waktu untuk audit eksternal penuh kualifikasi sarjana dan pascasarjana semua dokter yang bekerja di NSFT, untuk memulihkan kepercayaan pasien," tambahnya.
"Kami telah diyakinkan oleh GMC (General Medical Council) bahwa cek mereka lebih kuat dari pada tahun 1990-an," lanjutnya.
Sedangkan GMC mengakui ceknya tidak memadai dan kini melakukan peninjauan terhadap lebih dari 3.117 dokter berlisensi, di rute negara persemakmuran.
Alemikemudian diselidiki dan diberi peringatan resmi oleh Layanan Tribunal Praktisi Medis pada 2012, namun gagalmendapatkan hukuman.