Intisari-Online.com -Ratu Sheba dalam tradisi Arab juga dikenal dengan Ratu Balqis atau Bilqis.
Dalam hikayat disebutkan bahwa Ratu Sheba mengunjungi Yerusalem yang ketika itu diperintah oleh Raja Sulaiman dari Israel, sekitar 3.000 tahun yang lalu.
Kedatangannya diawasi oleh banyak pelayan.
Dia juga membawa sejumlah besar batu permata, emas, dan rempah-rempah.
Baca Juga: Pantas Pasukan Israel 'Sering Bikin Rusuh,' Ternyata Ada 5 Senjata Ini yang Jadi 'Bekingannya'
Menurut sebuah buku tebal Ethiopia abad ke-14, Kebra Nagast (Kemuliaan Raja), Ratu Sheba adalah seorang ratu Ethiopia kuno dengan nama Makeda.
Dia tinggal di kota Aksum, reruntuhan yang dilindungi UNESCO yang saat ini dapat dilihat di dekat perbatasan utara Ethiopia.
Makeda diceritakan menghabiskan beberapa bulan di Yerusalem, dan sebelum pulang, Salomo atau Sulaiman mengundangnya untuk tidur di ruang terpisah di kastilnya.
Keduanya sepakat, namun dalam buku ini diceritakan bahwa kemudian mereka memiliki seorang anak laki-laki.
Baca Juga: Israel Berkali-kali Luncurkan Serangan Rudal ke Suriah, Apa Sebenarnya yang Menjadi Target Israel?
Seperti yang diceritakan oleh tradisi Ethiopia, anak Sheba dan Salomo adalah Kaisar Menelik I.
Dia adalah pendiri dinasti Solomonid yang berakhirseiring berakhirnya pemerintahan Kaisar Haile Selassie selama pertengahan 1970-an.
Menelik, yang juga melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk melihat ayahnya, dikreditkan untuk mendapatkan Tabut Perjanjian dan membawanya ke Etiopia.
Sampai saat ini, banyak orang Etiopia menganggap bahwa artefak alkitabiah dapat ditemukan di dalam Kapel Tablet yang bersebelahan dengan Gereja Maryam Tsion di Aksum.
Replika Tabut dapat ditemukan di gereja-gereja lain di negara ini juga.
Kebra Nagast tetap salah satu teks yang paling otentik dan signifikan terhadap Gereja Ortodoks Ethiopia.
Teks tersebut memang menyebutkan ratu yang memikat dan menyatakan tanahnya sebagai milik Ethiopia kuno.
Meskipun begitu, banyak sarjana kontemporer yang yakin bahwa Ratu Sheba, pada kenyataannya, adalah seorang ratu dari Yaman.
Yaman tepatnya berada di seberang Laut Merah di semenanjung Arab, dan juga membawa kita pada interpretasi Quran tentang cerita tersebut.
Aspek penting mengapa Ratu Sheba berasal dari Yaman adalah namanya.
Sekitar waktu Raja Salomo memerintah, yaitu sekitar tahun 970 hingga 931 SM, wilayah Ethiopia dan Yaman kuno jatuh di bawah kekuasaan satu dinasti - kursinya kemungkinan ditemukan di Yaman.
Kerajaan kuno ini disebut Saba dan banyak sejarawan menafsirkan Saba sebagai Sheba.
Al-Qur'an menamai ratu kerajaan sebagau Bilqis.
Bilqis dan orang-orangnya memuja dewa matahari, dan karena itulah Raja Sulaiman mengundang ratu untuk datang ke Yerusalem untuk mengubahnya memeluk keyakinan baru.
Penulis perjalanan National Geographic Stanley Steward dengan indah mencatat bahwa: “Ratu Sheba adalah Greta Garbo kuno.
Sosok glamor dan misterius yang diabadikan dalam Alkitab dan Al-Qur'an, dirayakan dalam oratorio oleh Handel, opera oleh Charles Gounod, balet oleh Ottorino Respighi, dan digambarkan dalam lukisan oleh Raphael, Tintoretto, dan Claude Lorrain, dia tetap sangat sulit dipahami dan menjadi pertanyaan para sejarawan.”
Popularitas Ratu Sheba memang telah tumbuh melampaui daerah asalnya yang diasumsikan.
Mungkin suatu hari para arkeolog akan menemukan bukti baru, baik di sisi Afrika atau Asia dari Laut Merah, untuk mendukung salah satu dari dua teori yang lazim.
Atau mungkin kita tidak akan pernah tahu pasti siapa dia sebenarnya.
(*)