Intisari-online.com - Uang adalah masalah yang hampir dimiliki oleh semua orang di dunia ini.
Ada orang yang memiliki kekayaan sangat besar, ada orang yang terlilit masalah keuangan, hal ini membuat kesetaraan setiap orang berbeda-beda.
Kondisi ini telah membuat seorang milyader asal Amerika Jeff T. Green (44) berencanya menyelamatkan orang-orang miskin di seluruh dunia dengn kekayaannya.
Ia mengatakan akan menyumpang hampir seluruh kekataannya, sebanyak 90% untuk membantu orang lain sebelum kematiannya.
Jeff Green dikethui memiliki kekayaan 5,7 miliar dollar AS (Setara Rp81 triliun),saat ini dikatakan sebagai orang terkaya dari negara bagian Beehive, AS.
Dia saat ini tinggal di California Selatan dan merupakan CEO dan Presiden The Trade Desk, sebuah perusahaan teknologi iklan yang dia dirikan pada tahun 2009.
Pada 16 November, miliarder Green mengumumkan bahwa, bersama dengan inisiatif "The Giving Pledge".
Dirinyaa akan berjanji untuk menyumbangkan lebih dari 90% kekayaannya untuk membantu orang lain sebelum atau pada saat kematiannya.
"Saya merasa terhormat menjadi bagian dari The Giving Pledge," tulis Green dalam sebuah surat kepada Bill Gates, Melinda Gates, dan Warren Buffett, yang meluncurkan inisiatif tersebut pada 2010 dengan puluhan peserta Amerika.
"Saya percaya bahwa jika saya dan 224 orang yang berjanji sebelum saya memenuhi janji kami, gerakan ini bisa menjadi upaya amal yang paling penting hingga saat ini dalam sejarah dunia," katanya.
"Saya mendapatkan inspirasi. Saya ingin melakukan bagian saya untuk melanjutkan upaya ini," tambahnya.
Greens menggambarkan momen ketika dia berusia 17 tahun dan bertemu dengan seorang tunawisma di Denver, Colorado di jalan.
Setelah percakapan, Tuan Green bertanya pada dirinya sendiri selama berbulan-bulan.
"Mengapa pria itu harus duduk di jalan di bulan Desember yang dingin ketika saya menjalani kehidupan yang jauh lebih nyaman?" renungnya.
Seperti banyak orang lain, Green mengatakan dia tumbuh dengan kekhawatiran uang.
"Sebagai seorang anak, saya ingat mengantri untuk makanan yang akan didistribusikan oleh pemerintah," katanya.
"Sebagai orang dewasa, saya selalu khawatir tentang bagaimana saya akan memiliki cukup uang untuk menutupi biaya hidup saya. Uang tidak bisa membeli kebahagiaan," imbuhnya.
"Uang dapat digunakan untuk membeli hal-hal yang membuat hidup lebih nyaman. Tetapi hal-hal ini selalu cepat berlalu," jelasnya.
Dia percaya bahwa orang yang cerdas, rasional, bersemangat dapat menggunakan sumber daya mereka untuk mengubah hampir semua hal.
Badan amal keluarga Green, Dataphilanthropy, akan mengelola amalnya.
Investasi awal organisasi termasuk program beasiswa di universitas Cal-State Channel Islands yang membantu siswa tidak putus sekolah.
Selain itu, organisasi ini juga memberikan beasiswa kepada anak-anak dan remaja penderita kanker agar dapat melanjutkan pendidikan setelah sembuh dari penyakitnya.
"Kami akan berinvestasi di komunitas, bisnis, dan orang-orang dengan waktu dan uang. Organisasi akan fokus pada inisiatif di mana hipotesis dapat dikembangkan dan diuji dengan data, kemudian diskalakan berdasarkan kinerja dan dengan keterlibatan pemangku kepentingan yang aktif," katanya.
Investasi awal termasuk program beasiswa di California State University yang membantu siswa tetap di kampus dan lulus.
Dataphilanthropy juga memberikan beasiswa kepada anak-anak dan remaja yang berjuang melawan kanker, melalui Ruth Cheatham Foundation, untuk membantu mereka melanjutkan pendidikan selama dan setelah perawatan.
"Giving Pledge" adalah inisiatif yang didirikan oleh miliarder Bill Gates, mantan istri Melinda Gates dan Warren Buffet.
Inisiatif ini digambarkan sebagai undangan kepada miliarder, atau orang-orang yang berjanji untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaan mereka untuk amal.
Lebih dari 220 miliarder telah menandatangani janji ini, termasuk Elon Musk miliarder perusahaan mobil listrik Tesla, MacKenzie Scott mantan istri miliarder Amazon Jeff Bezos.