Intisari-online.com - Berbagai jenis vaksin Covid-19 sudah digunakan di Indonesia seperti Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, hingga Moderna.
Masing-masing vaksin memiliki keampuhan berbeda-beda, hingga efek samping berbeda-beda.
Termasuk vaksin yang terakhir digunakan di Indonesia adalah vaksin Moderna.
Kali ini ada sebuah penelitian, yang membahas hasil dari uji klinis salah satu vaksin yang digunakan di Indonesia.
Yaitu vaksin Moderna, menurut hasil uji klinis vaksin tahap akhir Moderna menunjukkan orang yangyang divaksinasi tetapi masih terinfeksi Covid-19 menyumbang proporsi yang lebih tinggi dari orang yang divaksinasi di awal penelitian.
Moderna mengumumkan hasil analisisnya pada 15 September.
Mengevaluasi kasus orang yang divaksinasi dalam studinya tetapi masih terinfeksi Covid-19 .
Moderna memperkirakan tingkat ini bisa mencapai 50%.
Periode analisis adalah dari Juli hingga Agustus, ketika varian Delta mulai menyebar kuat di AS.
Stephen Hoge, Presiden Moderna, mengatakan vaksin itu sangat protektif, tetapi membutuhkan suntikan booster setelah enam bulan untuk mempertahankan level ini.
"Enam bulan pertama setelah vaksinasi adalah saat vaksin paling protektif, kemudian secara bertahap menurun," kata Hoge.
"Kami percaya bahwa dosis booster akan secara signifikan meningkatkan kekebalan, melindungi injektor selama bertahun-tahun, berkontribusi pada strategi untuk mengakhiri pandemi," tambah Hoge.
Moderna telah meminta Food and Drug Administration (FDA) AS untuk mengizinkan dosis ketiga, setengah dosis vaksin standar.
"Peningkatan risiko infeksi pada individu yang divaksinasi mencerminkan penurunan perlindungan dari waktu ke waktu," kata Moderna.
"Ini memperkuat manfaat dari suntikan ketiga," tambahnya.
Perusahaan mengajukan berkas ke FDA mulai 1 September untuk mengajukan izin.
Tidak jelas kapan FDA akan membuat keputusan akhir.
FDA berencana untuk mengevaluasi proposal injeksi ketiga Pfizer pada 17 September.
Moderna mengatakan akan segera menyerahkan analisis terbaru ke jurnal medis, untuk ditinjau secara independen oleh para ahli.