Intisari-Online.com -Nama Kim Jong-Un tiba-tiba kembali ramai diperbincangkan sejak Jumat (10/9/2021).
Hal ini seiring kemunculan terbarunya dalam parade militer Korea Utara yang juga turut memancing perhatian dunia.
Sosok yang selama ini kemunculannya selalu dikaitkan dengan kondisi kesehatannya tersebut, terlihat sangat berbeda.
Dia terlihat jauh lebih kurus dan jauh lebih 'gesit' sekaligus bersemangat dalam bergerak dibanding video-video yang menunjukkan gerak-geriknya selama ini.
Berbagai spekulasi pun bermunculan seperti pemasangan pita lambung pada perut Kim Jong-Un yang memang bermasalah dengan berat badan,
MelansirThe Sun, Minggu (29/8/2021), pemerintah Korea Utara kemudian mencoba meredam desas-desus terkait pemimpinnya.
Mereka berdalih Kim Jong-Un memang telah dengan sengaja makan lebih sedikit demi rakyatnya yang memang tengah bergelut dengan kelaparan.
Muncul pula penjelasan yang menyebutkan bahwa dia terlalu sibuk mengurusi berbagai macam urusan rakyat Korea Utara.
Ya, Korea Utara memang selalu punya seribu satu alasan jika sudah menyangkut soal sosokpemimpin tunggalnya tersebut.
Hal yang pada dasarnya mereka terapkan pada seluruh informasi terkait dengan kondisi negara tersebut.
Hanya saja, sekali waktu Korea Utara benar-benar tak bisa lagi berkelit saat sebuah informasi penting terungkap.
Sebab, kali ini pembocor rahasianya justru sekolompok hewan, yang secara akal sehat memang tak mungkin lagi mereka atur secara ketat seperti rakyatnya.
Peristiwa tersebut terjadi pada 2019, kala sebuah laporan resmi terkait sebuah wabah yang diduga akan membawa malapetaka di seluruh Asia Timur.
Meski terus-menerus menyebut wilayahnya aman dari terjangan wabah tersebut, Korea Utara bak tertampar saat hewan-hewan liarnya "berbuat ulah".
Makhluk-makhluk tak berdosa yang tak mungkin mereka kendalikan seperti rakyatnya tersebut malah mengungkap keberadaan wabah mematikan tersebut.
Berikut ini kisahnya.
Semuanya berawal dari sebuah laporan seorang pejabat Korea Selatan yang menyebutkan adanya temuan lima babi hutan.
Hewan-hewan yang menurut laporan berjumlah lima ekor tersebut ditemukan dalam kondisi tak bernyawa tepat di dekat perbatasan duo Korea.
Entah bagaimana caranya, Korea Selatan berhasil mengambil sampel dari babi-babi malang tersebut hingga akhirnya berhasil membuktikan semuanya positif terinfeksi virus hemoragik.
Korea Selatan sendiri, yang secara mandiri melaporkan keberadaan virus tersebut di negaranya, telah mengerahkan helikopter untuk mensterilkan wilayah perbatasannya dengan Korea Utara.
Temuan ini selanjutnya menunjukkan bahwa virus tersebut telah menyebar tanpa bisa dikendalikan oleh Korea Utara.
Apalagi, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan pada akhirnya merilis tentang tindakan "pemusnahan" yang dilakukan Korea Utara terhadap babi-babi di Provinsi Pyongan Utara.
Penyelidikan selanjutnya kemudian menemukan bahwa 22 babi yang berada di dekat perbatasan China telah mati akibat virus tersebut.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) kemudian mengungkapkan laporan yang sempat diberikan oleh Korea Utara.
Sayangnya, laporan yang "mengindikasikan" keberedaan demam babi Afrika di Korea Utara tersebut tak pernah bisa ditindaklanjuti.
Namun, yang jelas, laporan yang secara tak sengaja mengungkap keberadaan virus tersebut juga membuat rakyat Korea Utara diambang kelaparan dan kekurangan gizi.
Sebab, pemusnahan babi-babi terinfeksi tersebut pada akhirnya memperburuk kondisi kelaparan yang sudah melanda Korea Utara.
Bahkan, laporan PBB menyebutSekitar 40% dari populasi, atau 10,1 juta orang, diperkirakan rawan pangan dan sangat membutuhkan bantuan pangan.