Oleh Iman Sulaeman
Intisari Online.com - Sejujurnya saya tidak pernah menyangka bisa melakukan perjalanan sejauh hampir 1.300 km seorang diri, jika melihat pengalaman gowes saya yang minim.
Benar-benar minim, karena kesibukan kerja.
Saya adalah goweser akhir pekan atau hanya melakukan aktivitas bersepeda pada hari Sabtu atau Minggu, dan itupun hanya menempuh jarak antara 50 km - 100 km, tidak pernah lebih.
Sementara itu diantara teman-teman komunitas gowes, saya dikenal sebagai pegowes lamban, karena kecepatan saya tak pernah lebih dari 30 km per jam.
Ha ha ha...
Makanya tak heran rencana perjalanan saya menempuh jarak hampir 1.300 km antara Jakarta menuju Denpasar, Bali dengan melalui 100% jalur pantai utara Pulau Jawa banyak diragukan orang, termasuk keluarga sendiri.
Om saya yang tinggal di Bandung, Jawa Barat bahkan meminta saya untuk mengurungkan niat, sambil berkata, "Kamu mungkin kuat mentalnya. Kamu anak MAPALA UI, suka berpetualang, tapi perhatikan fisik juga. Kamu sudah tidak muda lagi!"
Dia menegaskan perjalanan yang akan saya lakukan membutuhkan kekuatan fisik prima, yang menurutnya tidak ada pada saya, yang kini sudah menginjak usia 50 tahun.
Saya benar-benar memperhatikan kekhawatirannya, namun tak sedikit pun terpikirkan untuk mengurungkan niat.
Bahkan dari hari ke hari persiapan yang saya lakukan semakin matang dengan sepeda Polygon Heist X7 yang saya beli sejak setahun lalu di Rodalink Margonda, Depok dengan terus memodifikasi tingkat kenyamanannya.
Mengganti stang flatnya dengan Jones dan membalutnya dengan bartape Brooks, agar terasa nyaman saat dipegang.
Mengapa stang Jones pilihan saya? Karena dengan stang ini saya mempunyai 4 alternatif dalam mengendarai sepeda, jadi tak monoton dan membosankan. Sehingga saya tetap bisa terus mengayuh walau sudah merasa "bosan" diatas sadel.
Peninggi stang pun saya pasangkan, agar posisi gowes tidak terlalu membungkuk mengingat perjalanan yang saya lakukan tergolong jauh.
Sementara medan gowes pantai utara Pulau Jawa yang bervariasi benar-benar saya pelajari. Mulai jalan mulus sekali, off road ringan, tanjakan yang meliuk hingga turunan yang tajam. Kehadiran truk-truk besar Pantura yang kerap "kentut" lalu mengeluarkan asap hitam yang pekat dari knalpotnya, benar-benar harus saya jadikan "teman" perjalanan.
Rak pun saya pasangkan di belakang dan depan sepeda untuk membawa beban dengan berat keseluruhan berkisar 25 kg.
Saya pun semakin yakin dengan perjalanan ini ketika Rodalink menjanjikan dukungan servicenya sepanjang perjalanan dan Rumat, spesialis luka diabetes, yang bersedia memberikan bantuan pendanaan. Alhamdulilah!
Sementara itu, teman-teman saya mulai mengirimkan barang-barang yang saya butuhkan, mulai dari kaos gowes yang cepat kering dan ringan hingga kopi arabika kesukaan saya, dan tentu saja bantuan dana yang mereka sebut sebagai "uang jajan."
Saya benar-benar tak menyangka begitu banyaknya dukungan yang diberikan teman-teman, hingga akhirnya mereka berkumpul di bawah Tugu Pancoran pada 17 Agustus 2021, pada pukul 07.00 Wib, untuk melepas perjalanan saya yang didahului video call dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Sandiaga Uno.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR