Yakni batu yang dapat menyaring cahaya matahari yang terpolarisasi.
Sinar matahari yang dilihat kemudian dapat digunakan bersama dengan kompas surya untuk mengetahui waktu dan arah.
Sehingga mereka dapat menentukan posisi mereka pada peta.
Teknologi ini dapat dijelaskan dengan memahami perbedaan sifat sinar matahari.
Cahaya matahari yang tersebar sedikit berbeda dengan sinar matahari yang masuk melalui awan.
Kemudian dengan memutar filter polarisasi di depan mata, maka kecerahan langit dapat digunakan untuk melacak lokasi matahari.
Namun proses ini tidak sesederhana itu, dibutuhkan beberapa kalibrasi hati-hati dan mata yang tajam.
Karena kristal akan membagi cahaya yang masuk menjadi dua dan memberikan semacam gambar ganda.
Baca Juga: 6 Rahasia Pelaut Viking, Salah Satunya Gunakan Navigasi Matahari di Tengah Malam
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR