Intisari-Online.com -Perang saudara di Suriah telah merenggut 388.000 nyawa sejak meletus 10 tahun lalu.
Laporan itu disampaikan oleh lembaga pemantau hak asasi manusia yang berbasis di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights, pada Minggu (14/3/2021).
Dari semua korban tewas tersebut, sebanyak 117.388 di antaranya merupakan warga sipil.
Sementara, sebanyak 22.000 korban tewas adalah anak-anak.
Kematian warga sipil tersebut sebagian besar disebabkan oleh rezim pemerintah Suriah dan milisi sekutu pemerintah.
Selama perang itu, tentu banyak anak-anak yang kehilangan orangtuanya maupun sebaliknya dan jarang dari mereka yang bisa menemukan kembali anggota keluarganya yang hilang setelah serangan.
Ketika ada orang dipertemukan kembali dengan anggota keluarganya yang hilang, hal itu pun kemudian menjadi reuni yang sangat mengharukan.
Pada 2013 lalu, beredar sebuah video yang sungguh menyayat hati.
Itu adalah sebuah video yang menunjukkan reuni emosional antara seorang ayah muda yang putus asa dan putranya.
Sang ayah pikir putranya telah terbunuh dalam serangan di Suriah.
Melansir Daily Mail (28/8/2013), rekaman 7 menit yang diduga direkam di kota barat daya Zamalka, Suriah telah diposting di YouTube oleh aktivis Suriah.
Video menunjukkan seorang pria muda berlari keluar dari rumah.
Wajahnya menunjukkan ekspresi kegembiraan dan keterkejutan.
Ia kemudian memeluk putranya yang masih balita.
Sang ayah begitu diliputi emosi sehingga beberapa pria, mungkin kerabat atau tetangganya, harus menahannya sebelum akhirnya memeluk putranya.
Anak laki-laki itu kemudian diambil sebentar dari ayahnya, karena dia tampak hampir pingsan.
Pria-pria lain berkumpul di sekelilingnya, menahannya dan mencoba menenangkannya.
Beberapa menit kemudian, setelah ayah muda yang kewalahan itu tampaknya telah mendapatkan kembali ketenangannya, putranya - seorang bocah lelaki bermata cerah dengan kemeja kotak-kotak merah muda - sekali lagi berada dalam pelukan ayahnya yang sangat gembira.
Saat menyaksikan peristiwa mengharukan itu, bahkan orang-orang yang tidak bisa bahasa Arab pun dapat mengerti cinta tanpa batas dan rasa lega luar biasa yang tertulis di wajah sang ayah.
Gerakan dan ekspresinya berbicara banyak saat dia menghujani anak laki-lakinya dengan ciuman, memeluknya erat-erat dan menatap matanya, seolah-olah untuk memastikan bahwa anak yang dia pikir sudah mati ternyata benar-benar bersamanya sekali lagi.
Video yang menunjukkan reuni bahagia itu adalah hal yang langka dalam situasi suram yang terjadi di Suriah.
Zamalka, pinggiran Damaskus di mana video itu tampaknya diambil, telah menjadi salah satu tempat pembantaian mengerikan yang mungkin melibatkan senjata kimia yang merenggut nyawa sekitar 1.700 orang.