Intisari-Online.com - Amerika Serikat disebut melakukan kesalahan atau blunder dengan penarikan pasukannya dari Afghanistan secara masif ketika masih terjadi konflik di negara itu.
Padahal, Amerika melakukan penarikan pasukan sebagai hasil dari kesepakatan dengan Taliban pada Februari 2020 lalu.
Melansir Express (17/8/2021), Pada tahun 2020, AS dan sekutu NATO setuju untuk menarik diri dari negara itu jika militan Taliban menyetujui persyaratan tertentu, di mana Taliban akan mematuhinya.
Saat itu, utusan khusus AS Zalmay Khalilzad menengahi perjanjian damai antara AS dan para pemimpin Taliban
Kesepakatan yang dikenal sebagai Perjanjian Doha pun dihasilkan dari pembicaraan damai bersejarah tersebut.
Perjanjian tersebut menetapkan bahwa pasukan AS dan sekutu NATO-nya akan menarik pasukan mereka dari Afghanistan dalam waktu 14 bulan.
Dibuat di bawah pemerintahan Donald Trump, kemudian ketika kepemimpinan AS berganti, Joe Biden mendorong penarikan pasukan AS meskipuin Taliban baru-baru ini menggulingkan pemerintah Afghanistan.
Lebih rinci, syarat yang disetujui AS dalam Perjanjian Doha yaitu untuk mengurangi pasukannya di Afghanistan sebelum menarik mereka sepenuhnya pada 11 September 2021.
Kemudian, dalam 135 hari pertama kesepakatan, AS setuju untuk mengurangi pasukannya menjadi 8.600.
Begitu pun sekutu lain dan NATO setuju untuk mengurangi pasukan mereka.
Sementara itu, para militan setuju untuk tidak mengizinkan kelompok teroris seperti al-Qaeda beroperasi di daerah-daerah di bawah kendali mereka sebagai bagian dari Perjanjian Doha ini.
Untuk diketahui, dukungan Taliban terhadap al-Qaeda -kelompok teroris yang bertanggung jawab atas serangan teror 9/11- adalah alasan utama di balik keputusan AS untuk mengirim pasukan pada tahun 2001.
Kesepakatan tersebut juga termasuk pertukaran tahanan antara tahanan Afghanistan dan Taliban.
Sekitar 5.000 tahanan Taliban dan 1.000 tahanan pasukan keamanan Afghanistan dipertukarkan pada 10 Maret sebagai bagian dari perjanjian.
AS juga setuju untuk mencabut sanksi terhadap Taliban.
Ketika AS dan sekutu NATO memenuhi perjanjian tersebut dengan penarikan pasukan, apa yang dilakukan Taliban?
Justru yang terjadi kekacauan seperti sekarang ini. Setelah pasukan Barat mundur, Taliban dengan cepat mengambil wilayah di seluruh Afghanistan.
Bahkan, Taliban diperkirakan akan mengambil alih kekuasaan penuh Afghanistan dalam beberapa hari ke depan
Kini, dengan mundurnya pasukan pemerintah Afghanistan dan ibu kota negara Kabul di bawah kendali Taliban, membuat kekuatan di seluruh dunia khawatir.
Para pejabat di Doha mengecam aksi Taliban merebut kekuasaan Afghanistan dengan paksa.
Mereka mengeluarkan pernyataan yang mendesak diakhirinya serangan di kota-kota Afghanistan.
Juga menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan mengakui pemerintah di Afghanistan yang dipaksakan melalui penggunaan kekuatan militer.
Taliban telah merebut kekuasaan dengan paksa di bawah kesepakatan yang dicapai di Doha, karena itu mereka akan melanggar kesepakatan.
Tetapi banyak politisi barat mengatakan mereka perlu bekerja dengan para militan, karena Taliban yang menguasai Afghanistan sekarang tampaknya tak terhindarkan.
(*)