Intisari-online.com - Bukan hal asing lagi, dalam dunia militer Indonesia tes keperawanan bagi wanita dilakukan.
Namun ternyata selama ini tes tersebut dikecam oleh aktivis di seluruh dunia.
Selama beberapa dasawarsa terakhir, militer Indonesia dikecam oleh aktivis karena praktik tes keperawanan.
Tes tersebut dilakukan padarekrutan perempuan dan, dalam beberapa kasus, tunangan laki-laki militer.
Aktivis mengkritik tes itu sebagai "tidak ilmiah dan diskriminatif," menurut CNN.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah berbicara, mengatakan bahwa tes keperawanan "tidak memiliki dasar ilmiah".
Di Indonesia, proses ini disebut “tes dua jari”.
Dokter akan menggunakan dua jari untuk melihat apakah selaput dara wanita itu utuh.
Jika mereka tidak perawan, gadis-gadis itu akan ditolak untuk bergabung dengan tentara.
Berbicara dalam telekonferensi, Kepala Staf Umum Angkatan Darat Indonesia Andika Perkasa menyiratkan bahwa pemeriksaan keperawanan akan dibatalkan, alih-alih berfokus pada penilaian kualifikasi rekrutan.
“Harus ada konsistensi. Proses rekrutmen antara rekrutan pria dan wanita tidak akan diskriminatif, hanya untuk menguji kemampuan mereka,” kata Perkasa.
Andika perkasa mengakui bahwa beberapa bentuk pemeriksaan militer "tidak perlu" dan "tidak sesuai lagi".
Banyak organisasi hak asasi manusia menyambut baik keputusan militer Indonesia untuk mengakhiri pemeriksaan keperawanan.
Namun peraturan baru tersebut baru dicabut untuk angkatan darat, sedangkan angkatan laut dan angkatan udara masih berupa tes keperawanan perempuan.
Pada tahun 2014, seorang gadis berusia 24 tahun mengatakan dia sangat trauma setelah pemeriksaan. Dia juga melihat seorang rekan di jajaran polisi pingsan karena rasa sakit.
Menanggapi CNN, polisi Indonesia juga menegaskan tidak lagi melakukan pemeriksaan keperawanan.
Peneliti Andreas Harsono dari Human Rights Watch (HRW) mengatakan kepada CNN bahwa tes tersebut ditujukan untuk "menghindari perempuan mudah bergabung dengan militer atau polisi".
"Secara umum, wanita lebih menentang tes ini daripada pria. Banyak korban lebih memilih diam daripada mengungkapkan pandangannya secara terbuka," kata Harsono.
"HRW akan terus menekan angkatan laut dan udara Indonesia untuk mengakhiri tes ini."