Bak Sudah Bersiap Gali Kuburan Massal untuk Warganya Sendiri, Jepang Pilih Menganaktirikan Rakyatnya saat Covid-19 Kian Merajalela, Semata Demi Olimpiade 2020?

Ade S

Penulis

Orang-orang memakai masker pada 27 Juni 2021 berjalan melewati spanduk iklan Olimpiade Tokyo 2020, yang telah ditunda hingga 2021 karena pandemi Covid-19 di Tokyo, Jepang.
Orang-orang memakai masker pada 27 Juni 2021 berjalan melewati spanduk iklan Olimpiade Tokyo 2020, yang telah ditunda hingga 2021 karena pandemi Covid-19 di Tokyo, Jepang.

Intisari-Online.com -Gegap gempita Olimpiade 2020 Tokyo nyatanya memberikan dampak mengerikan bagi warga tuan rumah yang mengidap Covid-19.

Demi menjaga olimpiade tetap berjalan, pemerintah Jepang mengambil keputusan yang tak ubahnya menyiapkan kuburan massal bagi rakyatnya sendiri.

Seperti diketahui, Jepang, khususnya ibu kota Tokyo, kini sedang berada dalam status darurat terkait kasus Covid-19.

Bahkan pada Kamis (29/7/2021), kasus Covid-19 yang ada di tuan rumah Olimpiade tersebut melampaui rekor.

Baca Juga: Mau Apalagi Negara Eropa yang Ini, 20 Tahun Tak Pernah Bersentuhan Sedikitpun dengan China, Malah Mendadak Kirimkan Kapal Perangnya ke Laut China Selatan, Tujuannya Sulit Diprediksi

Jumlah infeksi Covid-19 yang terjadi dalam 24 jam terakhir mencapai lebih dari 10.000 kasus.

Banyak yang menilai bahwa penyumbang besar kasus infeksi adalah multievent empat tahunan tersebut.

Namun, panitia menyebut hanya ada 27 kasus positif yang terkait dengan Olimpiade Tokyo.

Perdana Menteri Jepang,Yoshihide Suga, pun termasuk orang yang berkeras bahwa Olimpiade tidak memberikan dampak besar terhadap lonjakan kasus.

Baca Juga: Inilah 11 Klan para Samurai dari Sejarah Berdarah Samurai Jepang, Salah Satunya Kepalanya Bahkan Dijadikan ‘Suvenir’ Mengerikan yang Diawetkan dan Dipajang di Kyoto

Sayangnya, pengakuan pemerintah Jepang tetap saja mendapat cibiran dari warganya.

Sebab, di tengah gegap gempita Olimpiade Covid-19, Tokyo justru memberikan larangan keras untuk bar atau pun restoran untuk buka.

Haruo Ozaki, Ketua Asosiasi Kedokteran Tokyo, tidak bisa menafikan bahwa dampak buruk Olimpiade.

'Ide gila' Amerika menjatuhkan bom kelelawar di Jepang pada Perang Dunia II.
'Ide gila' Amerika menjatuhkan bom kelelawar di Jepang pada Perang Dunia II.

Ozaki meyakini bahwa meski tidak secara langsung, Olimpiade bisa saja menjadi titik penyebaran Covid-19 secara tidak langsung.

"Orang-orang tentu akan gusar, kenapa mereka harus dikekang jika kita sedang menggelar festival," paparnya, seperti dikutip darikompas.com.

Kegusaran yang dijamin akan semakin menguat setelah pemerintah Jepang mengambil keputusan kontroversial yang seolah menganaktirikan warganya sendiri.

Baca Juga: Kisah Kawakami Gensai, Battousai alias Pembantai Terhebat, Samurai Jepang yang Inspirasi Karakter Kenshin Himura dalam Serial Samurai X, Sayang Akhir Hidupnya Tragis

Lonjakan kasus Covid-19 di Negeri Sakura membuat rumah sakit mulai kelabakan menangani pasien.

Sistem medis negara ini pun kini mengalami krisis bahkan terancam mengalami kelumpuhan.

Memang, seperti diakui olehdirektur Rumah Sakit Universitas Showa, Hironori Sagara, rumah sakit di Jepang sudah mengalami krisis.

Invasi China ke Taiwan bisa membahayakan Jepang, kenapa?
Invasi China ke Taiwan bisa membahayakan Jepang, kenapa?

"Ada yang ditolak berulang kali untuk masuk. Di tengah kegembiraan Olimpiade, situasi tenaga medis sangat parah," ungkap Sagara, seperti dikutip dariKontan.co.id.

Untuk mengatasi kondisi ini, Jepang akhirnya memutuskan untuk membatasi warga yang bisa dirawat di rumah sakit.

Hanya pasien Covid-19 yang berada dalam kondisi sangat parahlah yang berhak mendapatkan perawatan.

Baca Juga: 'Tangkap Nicolao Lobato, Hidup atau Mati!' Kisah Operasi Tempur Timor Leste saat Pasukan Prabowo Subianto Hujani Timah Panas ke Presiden Fretilin

Sisanya, diwajibkan untuk menjalani isolasi secara mandiri di rumah masing-masing.

Kondisi inilah yang membuatpemimpin oposisi Partai Demokrat Konstitusi Jepang Yukio Edano geram.

Edano bahkan mengistilahkan keputusan pemerintah Jepang untuk mendorong rakyatnya melakukan isolasi mandiri sama saja seperti mengabaikan warganya.

"Mereka menyebutnya perawatan di rumah, tetapi sebenarnya itu adalah pengabaian di rumah," kata Edano.

Ya, di tengah gegap gempita Olimpiade Tokyo 2020, ada derita warga Jepang yang dipaksa untuk tersiksa di rumahnya sendiri.

Bahkan bisa jadi meregang nyawa di kamarnya sendiri tanpa pemerintah memberikan penanganan yang mumpuni.

Baca Juga: Dipaksa TinggalkanOlimpiade Tokyo 2020,Atlet Ini Menolak Pulang ke Negaranya Karena Takut Dipenjara,Sampai Mohon-mohonpada Polisi Jepang, Apa yang Terjadi?

Artikel Terkait