Dia mengatakan nelayan lain telah melaporkan ditabrak atau diledakkan dengan meriam air saat bekerja di tempat yang mereka anggap sebagai tempat penangkapan ikan bersejarah China.
Padahal para nelayan berharap akan aman setelah keputusan di Den Haag pada 2016, tentang klaim Laut China Selatan yang ditolak.
Kementerian luar negeri China menegaskan pada hari Jumat bahwa Beijing tidak menerima putusan itu atau klaim atau tindakan apa pun yang didasarkan padanya.
China mengklaim sebagian besar perairan dalam apa yang disebut Sembilan Garis Putus, yang juga diperebutkan oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam.
Kapal penangkap ikan China yang beroperasi di daerah itu melakukannya sesuai dengan hukum domestik dan internasional.
Kementerian luar negeri mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, bahwa mereka tidak tunduk pada moratorium penangkapan ikan musim panas tahunan China, yang berlangsung hingga 16 Agustus.
Hanya dalam satu insiden di bulan Maret, Filipina mengeluhkan serangan oleh lebih dari 200 kapal milisi China ke zona ekonomi eksklusif (ZEE), yang membentang 200 mil laut dari pantainya.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri China tidak menjawab pertanyaan tentang keberadaan kapal China di ZEE Filipina.
Source | : | Daily Express |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR